04| Confess

16.1K 2.2K 313
                                    

Prancis di tengah salju adalah anugerah. Paris dan salju adalah keajaiban. Keajaiban yang jarang didapatkan warga lokal.

Kini setelah menghabiskan waktu istirahat, Sewool menatap lurus punggung Taehyung tanpa baju. Lantaran sisa pakaian pria itu belum kering.

Tidak. Tadi Taehyung tidak menuntaskan titik puncaknya di kamar mandi. Sebelum itu terjadi Taehyung membopong Sewool dan menyelesaikan kira-kira lima belas menit untuk dua sesi.

"Pinggangku kebas." Adalah keluhan pertama Sewool berselang tujuh menit napas mereka kembali.

Taehyung tertawa meski ia tahu tidak ada hal yang patut ditertawakan.

Keluhan itu disusul hal lain seperti; "Kasurnya jadi basah. Bajumu harus segera dikeringkan."

Dan di sinilah Taehyung sekarang.

Sementara Sewool mengganti seprai dan selimut, Taehyung membuat minuman cokelat panas dengan bahan ala kadarnya. Sewool tidak tahu apakah kemampuan seorang chef profesional akan sebagus saat tidak berada di dapurnya.

Semoga saja.

Kini Sewool sedang menatap kulit kecoklatan yang tertimpa cahaya dari lampu gantung dapur. Tulang punggung Taehyung lurus-tegap. Bagian lengan atasnya bergelombang kekar.

Pria itu tengah berdiri membelakanginya, menghadap kompor hanya dengan mengenakan celana jins biru yang Sewool keringkan beberapa menit lalu setelah membereskan kekacauan. Tanpa ikat pinggang, dengan rambut setengah mengering, lengkap dengan tato edelwis yang melintang sepanjang pinggul kiri.

Ada cerita di balik tato tersebut. Saat itu ibu Taehyung nyaris bersinggungan dengan kematian. Kala itu usia Taehyung masih 20 tahun. Tepat kelulusan sarjana, ibunya didiagnosis menderita gagal ginjal kronik.

Waktu itu, lebih dari setengah tahun Taehyung dan keluarga menunggu penderma ginjal. Namun, di tengah penantiannya, pria itu mulai pupus harapan. Dia merasa seperti seorang anak kecil yang menanti keajaiban, tetapi tidak kunjung melihatnya.

Putus asa membuat Taehyung mentato pinggulnya dengan bunga abadi edelwis, bunga kesukaan ibunya sejak muda. Dengan maksud agar ada sesuatu tentang ibunya yang bisa menetap.

Satu bulan kemudian keajaiban itu datang bagai perban yang membalut luka menganga. Donatur ginjal ditemukan. Transplantasi dilakukan. Akan tetapi sampai detik ini Taehyung membiarkan tato itu menetap dan tidak sama sekali berniat menghapusnya.

Taehyung telah menceritakan semua itu saat Sewool mengganti perbannya untuk pertama kali. Tidak mendetail. Cuma potongan kecil.

"Apa menurutmu aku harus menyimpan satu dua stel pakaian di lemarimu?"

Sewool berkedip. Ternyata Taehyung menyadari bahwa sedang diawasi.

Pria itu kembali bersuara, "Aku suka tempatmu. Aku mulai berpikir akan sering datang."

"Jangan. Nanti lemariku sumpek."

Taehyung menoleh sedikit sambil tertawa dengan suaranya yang serak. Tetapi Sewool sudah berjalan menjauh menuju jendela kamar.

Di balik jendelanya, Sewool memeluk dirinya sendiri. Sampai kemudian dia melihat lengan terulur dari belakang bersama segelas cokelat panas mengepul.

Sewool menerima mug itu dengan dua tangannya.

Menggantikan lengan Sewool sebelumnya, Taehyung mengusap-usap lengan atas Sewool.

"Berapa harga semalam agar aku bisa menetap di tempat ini?" Taehyung memberikan sebuah ciuman di bahu Sewool yang tertutup baju rajut ungu.

More Than PastryWhere stories live. Discover now