32| Here

6.8K 1.8K 2.3K
                                    

Aku bakal seneng kalau pembaca mau vote dan banyakin komen menuju part akhir. Jadi aku punya challenge 2k untuk next part. Bisa yuk buat pendukung chef dan capt.

 Bisa yuk buat pendukung chef dan capt

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



— — —

Pagi buta itu Sewool menuntaskan pekerjaan Taehyung yang belum rampung. Mencuci pakaian, mengangkat baju dari jemuran, membersihkan perabotan kotor, serta membuang selusin kaleng minuman bekas. Belum lagi kamar mandi yang harus disikat. Selagi menggosok kloset dengan karbol, ia mengeluh betapa keras kepalanya Taehyung karena selalu menolak sewa pramuwisma atau agen pembersih.

"Jangan" Tameng yang selalu digunakan Taehyung jika Sewool membujuknya "Khawatir mereka menggodaku. Seseorang bisa cemburu" Pada akhirnya tidak ada yang bisa melarang Taehyung melakukan itu semua.

Taehyung memang pekerja keras. Berangkat jam sembilan pagi dan pulang tujuh petang, belum menyurutkan semangatnya bebersih rumah. Taehyung sosok yang mandiri. Bertahun-tahun jauh dari negara asal dan hidup sendiri membuat pria itu ahli membersihkan segala sesuatu, merebus ayam, menanak nasi, hingga mencuci mobil meski pria itu lebih senang naik kendaraan umum. Apalagi kalau hujan, pasti naik subway sambil menenteng payung. Bagi Sewool amat menggemaskan. Seperti anak hilang.

"Katanya pulang jam enam?" Sore itu Taehyung menjemput Sewool di pintu keluar subway setelah Sewool bilang ingin dijemput karena terjebak hujan.

"Aku tidak tahu kalau selesai rapatnya lebih cepat." Sewool mengeluh sambil mengulurkan tangannya untuk mengamit tangan Taehyung yang beku. Mengusapnya sampai sedikit menghangat. "Maaf ya karena jadi menyuruhmu datang tiba-tiba." Kemudian menengadahkan tangan pada Taehyung, "Nah, sekarang mana payungku?"

"Payung?" Taehyung pura-pura lugu.

"Iya. Tadi kan aku minta bawakan payung."

Taehyung menggerakan tangannya yang memegang payung di atas kepala dengan tampang tak berdosa. "Ini, aku bawa."

Wanita di depannya memutar bola mata dengan ekspresi kau mulai lagi. "Dua, Kim Taehyung. Kubilang kan dua. Kau satu—"

"Tapi aku mau berdua," ujarnya ringkas.

Sewool mendengus. Ia tidak pernah suka fakta harus berjalan berdempetan dengan orang lain menggunakan satu payung, menurutnya agak menyulitkan, belum lagi jika orang itu lelet saat jalan. "Ini bukan waktunya bercanda, Kim Taehyung."

"Kalau berdua kau lebih aman. Jalanan ibu kota sedang sempit. Pejalan kaki mulai marah-marah karena bus datang terlambat tiap kali hujan. Kau bisa tergencet arus manusia."

"Memangnya aku semut!"

"Bukan semut. Tapi, Nona Han, kalau boleh jujur badanmu itu cuma seukuran lubang hidungku."

Sewool refleks melayangkan gebukan kuat ke lengan pria itu. "Dalam situasi begini masih berani bercanda?"

Taehyung tidak mengatakan apa-apa. Namun sedetik kemudian ia menyeringai sambil mencondongkan muka ke depan wanita itu. "Habisnya kau tampak tidak berdaya kalau di kasurku." Ia berbisik dua senti di depan bibir Sewool dan mencuri kecupan kilat tepat ketika pegawai wanita kantoran baru saja lewat. Wanita itu berambut ombak itu melengos sebal bersama payung oranyenya. Kelihatan benci display affection.

More Than PastryWhere stories live. Discover now