08| Settle

14.1K 1.9K 477
                                    

Terakhir.

Taehyung benci kata terkahir. Ia sudah mengahapus kata terakhir dari kamusnya sejak merintis bisnis dan terjun sendiri dalam dunia pastry. Dia adalah pria egois (seperti yang sering keluarganya bilang), Taehyung benci kalah dan mengalah untuk lengser ke peringkat terakhir.

Sekarang Sewool dengan beraninya mengucapkan sebuah ciuman terakhir. Tidakkah wanita itu tahu Taehyung mengatakan cinta lebih banyak ketimbang makan.

Bahkan ucapan manis bukan gayanya semenjak menjalin hubungan dengan Lea, wanita yang dekat saat kuliah, dan berkencan beberapa bulan setelah namanya terkenal. Hanya kencan yang dijalani ragu-ragu. Sebatas status, jarang bertemu, jarang merindu, hanya perasaan yang didasari kekaguman atas pencapaian masing-masing. Chef dan penulis kuliner. Sebatas itu.

Namun ketika bersama Sewool, Taehyung merasa lain. Ia mengucapkan banyak sekali cinta, memikirkan perasaannya sepanjang malam sampai sulit tidur. Taehyung tak ingin mengatakan betapa bencinya ia pada profesi Sewool saat menghabiskan waktu berdua meski profesi Sewool kerap menghambatnya konsentrasi ketika di dapur. Mereka kontradiktif.

Tetapi ia juga tidak bisa membuat Sewool sedih dengan mengatakan wanita itu harus berhenti dari pekerjaannya dan menetap di rumah. Menunggunya pulang kerja. Menyediakan keperluannya. Mengisi kebutuhannya. Memangnya apa lagi?

Taehyung bisa. Dia bisa bekerja lebih keras. Dia bisa menghidupi Sewool bahkan anak masa depan mereka. Menjamin kebutuhan dan keinginan keluarga tanpa kekurangan. Namun perkataan itu jelas salah. Tentu! terdengar patriarki. Sewool tak segan meninjunya.

"Kenapa...?" Taehyung tidak sanggup bicara. Menahan gejolak yang tertampung dalam kenikmatan tiada ujung. Dia merendahkan kepalanya ke leher Sewool dan berbisik lagi, "kenapa kau harus menjadi penulis kuliner?"

Seharusnya, ya seharusnya, Taehyung mengembalikan Sewool pulang dan bukan membawa wanita setengah sadar ini kembali terjerembab di ranjang apartemennya. Alih-alih mengantar pulang, Taehyung lebih suka dengan rencana gilanya. Kalaupun Sewool berniat melupakannya, biarkan ia menghabiskan satu malam penutup dengan Sewool.

Penutup. Bukan akhir.

"Cantik." Taehyung membelai permukaan payudara Sewool, lalu wajah. Namun hanya melakukan itu saja tidak cukup membuatnya puas. Stimulusnya justru memantik gairah hingga ujung pusat, membuatnya semakin padat. Buruk. Teramat buruk. Mamasuki Sewool belum cukup baginya. Dia menginginkan bagiannya. Lalu mulai timbul gelenyar aneh dan desiran yang menuntutnya untuk menjadi Taehyung yang jahat. Taehyung yang ganas dan belum pernah ditemui Sewool selama mereka bersama.

Beast dan putri tidur yang bercinta. Taehyung suka judulnya.

Menjadi berengsek untuk Sewool memang tidak pernah tercetus dalam kepalanya. Namun, kali ini akal jernihnya seolah tenggelam dalam kepuasan, meluruhkan kewarasan, dan mencopot semua stigma tentang siapa yang sedang ia setubuhi.

"Jawab aku, Nona." Ia melihat mata Sewool berbayang ketika memandang samar tubuhnya yang bergerak konstan, tidak cepat namun tidak pula lambat. Sebab Taehyung masih mempertimbangkan temponya agar tidak membuat bagian tubuh wanitanya luka.

"Taehyung..." Sewool membuka mata separuh melenguh. Tetapi pria itu tidak menjawab dan terus menatap wanita tersiksa. Bergerak konstan dan belum ada tanda kapan selesai.

Jemari Sewool merambat menuju lengan perkasa Taehyung. Mengusap lalu mencengkeram tanpa penghalang.

"Taehyung..." Sewool menitikan air mata gelisah. "Pelan, please."

"Kau terasa begitu nikmat, Nona." Pria itu menulikan pendengaran dan memasukkan payudara Sewool ke mulutnya. Menghisapnya dengan garang dan lembut. Lalu mengambil bibir Sewool lagi dengan ciuman liar. "Kau merasakannya juga, Nona?"

More Than PastryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang