16| Tantalize

9.8K 1.7K 619
                                    

Hujan lebat malam itu membuat Sewool harus menunggu di mobil selama lima belas menit sambil beristirahat. Langit diselimuti awal gelap dan lampu-lampu di sekitar perumahaan sudah dinyalakan sejak satu jam lalu.

Dengan perasaan gelisah ia terus memandangi ponselnya. Kapan pria itu mau menjawab pesannya. Seminggu ini Sewool tidak yakin apa yang membuatnya uring-uringan. Tetapi setiap malam, setiap kali ia melihat ponselnya sebelum tidur, ia akan kesal lagi. Saat pagi menjelang dan sebelum tidur ia akan selalu menunggu balasan pesan Kim Taehyung. Rupanya pria itu memang sangat kurang ajar.

Sewool menumpu kedua sikunya di stir mobil dan kembali membuka ponselnya. Menilik ulang percakapan pribadi yang belum kunjung mendapat belasan. Totalnya ada tujuh pesan yang dia kirim dalam tujuh hari setelah pertikaian mereka tempo hari.

[Kapan kita bisa bertemu?]

[Aku sudah membuat MoU yang baru]

[Hubungi aku kalau kau punya sedikit waktu luang]

[Kim Taehyung, jika kau tidak keberatan tolong balas pesanku sekali saja. Cukup beri jawaban Ya atau Tidak]

[Pukul sepuluh pagi aku akan berkunjung ke toko. Apa kau ada di sana? Aku bisa menyesuaikan jadwalmu. Kumohon tolong aku untuk sekali ini saja. Untuk terakhir kali, kumohon beri aku jawaban]

[Bila kau marah padaku, selamat, kau berhasil melakukannya. Bukan hanya itu kau berhasil mengacuhkan pesanku lima hari]

[Aku tidak akan mengganggumu setelah ini. Paling tidak kumohon angkat teleponnya dan tampakkan wajahmu di toko saat aku ingin bertemu]

Mengetik setengah geram, Sewool langsung mengirim pesannya kali ini tanpa pikir panjang. Jika pesan ini pun tidak mendapat balasan sampai besok pagi, ia bersumpah tidak akan bicara dengan pria itu dan tidak sekalipun mengijakkan kaki di dapur kebanggaan Kim Taehyung, selamanya.

[Kau memblokir nomorku?]

Sewool membaca pesannya sekali lagi, dan dikejutkan oleh balon pesan yang muncul mendadak.

[Belum]

***

Taehyung membaca ulang pesannya dan merasa puas. Lihat siapa yang menunggu pesan darinya.

Begitu mudah membayangkan wajah murung Sewool selama seminggu ke belakang. Sewool benci menunggu respon seseorang. Itulah sebabnya Taehyung penasaran dan ingin sedikit bermain dengan wanita itu. Sepertinya mulai sekarang ia menyukai istilah mempermainkan orang.

Sambil menunggu gelasnya terisi kopi, ia tidak bisa berhenti mengalihkan tatapannya dari ponsel yang ia biarkan di meja. Saat minum pun pandangannya belum lepas dari layar, seolah-olah jika dia berpaling sebentar saja ponselnya bisa hilang tertiup angin.

Sewool seharusnya membalas pesannya. Akan tetapi setelah menunggu sepuluh menit dan sampai bel pintunya berbunyi tidak ada satu pun pesan dari Sewool. Jika begini artinya, ia bisa mempermainkan orang lebih lama lagi.

Taehyung meninggalkan ponselnya dan berjalan membuka pintu. Tidak ada siapa pun kecuali box cokelat yang diletakkan di depan pintu. Sekilas ia melihat bayangan kurir yang baru menjauh dari pekarangan rumahnya.

Hujan lebat digantikan rintik-rintik. Penasaran, Taehyung menaikkan sedikit kepalanya, mengintip rumah di sebelahnya. Rumah itu masih gelap gulita tapi mobilnya sudah terparkir rapi di halaman dekat pintu masuk. Tak berselang lama keluarlah seorang wanita dari kursi kemudi.

More Than PastryWhere stories live. Discover now