24| Birthday

6.6K 1.7K 378
                                    

Pukul empat sore Sewool mengunjungi restoran Jepang dan memesan seporsi nigiri untuk dimakan sendiri, lalu memesan lagi sashimi dan maki untuk dibawa pulang. Hari ini dia akan pulang ke rumah dan membawakan kedua makanan yang paling disukai ibunya.

Sewaktu Sewool belum menikah dulu, ibunya paling semangat mengajaknya mengunjungi restoran Jepang sekedar mencari makanan enak sambil membandingkan rasa satu dengan yang lainnya. Ibunya selalu memuji kalau Sewool punya potensi dalam bidang kuliner. Mungkin itulah alasan yang membuatnya percaya diri sampai hari ini.

Saat turun dari bus, Sewool mengecek ponselnya yang kosong. Sejak Hoseok mengatakan di telepon Aku harus bertemu teman lama hari ini. Maaf batal bertemu. Tetapi aku janji akan menggantinya lain waktu sebanyak yang kau mau sambil mengatakan maaf belasan kali pagi tadi, pria itu belum lagi mengabarinya. Kalau sudah begitu, Sewool tidak bisa memaksa kehendaknya untuk bertemu. Padahal hari ini dia ingin mengatakannya pada Hoseok secara langsung kalau ini hari ulang tahunnya.

Jika dipikir-pikir, Hoseok sama sekali belum bertanya kapan hari lahirnya. Rasanya normal, karena hubungan mereka masih pendek dan ia pun belum bertanya kapan bulan atau tanggal persisnya, kecuali tahun kelahiran lima tahun lebih tua darinya yang dikatakan kakak pertama Hoseok.

"Ibu," panggilnya pelan ketika melewati pintu dan melepas sepatu.

Tepat saat itu ibunya muncul dari dapur sambil memegang mug.

"Lihat apa yang kubawa." Sewool memekik girang sambil mengangkat plastiknya tinggi-tinggi. "Makanan kesukaan ibu. Aku beli dari restoran yang dulu sering kita datangi." Ia bergerak lincah meletakkan bungkusan di meja makan dan mengambil beberapa piring. "Menunya masih sama, tapi tempatnya jadi semakan ramai mungkin karena dekat area perkantoran dan jalanannya sudah diperbaiki."

Sewool mengintip ruang kerja ayahnya yang tertutup rapat. "Ayah sudah pulang? Kita harus makan bertiga malam ini." Ketika mengeluarkan sumpit dari laci, ia sempat menoleh pada ibunya yang terus berdiri di kulkas. "Ingat toko butik di sebelahnya, kan? Tadinya aku juga mau mampir ke sana membelikan mantel baru untuk ayah dan Ibu. Tapi ternyata tokonya tutup setiap Rabu. Besok aku akan kembali lagi."

Sewool menata perabotan makan di meja dengan gesit lalu mengeluarkan kotak bento berbahan kayu berisi sashimi dan maki.

"Akhir-akhir ini Ibu sedang suka warna apa? Nanti biar kupilihkan bahan yang bagus untuk dipakai selama musim dingin."

"Besok tidak kerja?"

Sewool menoleh sekilas dan tersenyum lebar. "Sejujurnya aku masih harus datang pagi-pagi ke kantor penerbitan untuk membahas sampul. Jam dua siang juga harus bertemu salah satu chef. Sorenya sudah harus—"

"Lalu kenapa pulang?"

Gerakan Sewool saat memindahkan potongan sashimi melambat ketika mendengar pertanyaan itu. "Matanya mengerjap bingung. "Ya?"

"Kalau sibuk seharusnya jangan pulang." Suara ibunya terdengar sumbang, serak, dan tidak ada emosi yang bisa dimaknai.

Sewool membuka mulutnya dan menelan ludah kemudian tertawa gugup. "Kenapa Ibu bicara begitu?"

Ibunya menghembuskan napas dan berjalan ke wastafel menumpahan isi gelas kemudian membilasnya sebelum meletakkannya rak kabinet. "Ayahmu sibuk. Ada tugas pengembangan pendidikan dari pemerintahan. Sebaiknya jangan diganggu."

Sewool mengangguk, kentara kecewa. Tapi tidak masalah. Dia masih bisa makan berdua dengan ibunya.

"Ibu juga sedang diet."

Suara sekaku linen itu tiba-tiba seperti anak panah yang dihunus ke jantungnya.

Alih-alih menanggapi ucapan ibunya, Sewool justru melanjutkan menata makanan di piring dengan gerakan yang tidak segembira sebelumnya.

"Kenapa Ibu tidak datang saat kuminta?" Tiba-tiba ia bertanya demikian. Tentang undangan makan siang yang diberikan Hoseok dan membuatnya terpaksa berbohong kalau ibunya ada di luar Kota.

"Ibu banyak pekerjaan."

Sewool menarik napas sekejap dan berbalik menghadap sang ibu. "Tetap saja, meskipun sibuk bekerja tolong luangkan waktu sebentar bertemu keluarganya. Mereka orang-orang baik."

"Entahlah. Ibu tidak begitu yakin."

"Aku bisa menerima alasan itu," kata Sewool. "Tapi aku tidak mengerti kenapa setiap kali Hoseok datang berkunjung, Ibu selalu tiba-tiba pergi? Aku juga tahu Ibu tidak pernah bersungguh-sungguh menerima pemberiannya. Setiap makanan atau barang yang Hoseok bawa pasti selalu Ibu berikan lagi pada tetangga. Kenapa?"

"Karena Ibu tidak mau punya hutang pada pria yang belum tentu menikahimu."

Sewool tak bisa lagi membendung amarahnya. "Lalu apa bedanya dengan Kim Taehyung? Dulu sebelum kami menikah Ibu selalu tersenyum baik-baik setiap kali dia datang. Setiap barang pemberiannya selalu Ibu rawat seperti barang berharga. Kenapa ibu tidak bisa melakukannya juga pada Jung Hoseok?" Mata Sewool berkaca-kaca dan ia merasa hatinya pedih bagai disayat-sayat. "Kenapa Ibu terus bersikap dingin padaku? Apa aku berbuat salah pada Ibu? Sejak perceraianku, Ibu bahkan hampir tidak mengirim pesan padaku."

"Han Sewool sudah dewasa," katanya ibunya berusaha menjaga artikulasi tetap stabil agar tidak balas membentak. "Perceraian adalah keputusanmu. Apa menurutmu Ibu bisa marah atas keputusanmu? Kalau suatu hari kau mau menikahi pilihanmu sendiri, memangnya apa yang bisa Ibu lakukan?" Suara ibunya yang serak semakin melirih. "Sekarang tentukan saja sendiri keputusannya. Ibu mulai lelah mendengar orang lain menudingku tidak becus mengurus satu putri yang pernikahannya gagal dalam waktu singkat."

Jari-jarinya yang terasa gatal menekuk ke dalam telapak tangannya. Semua perkataan ibunya menimbulkan kekacauan besar dalam benaknya.

Ibunya menarik napas setelah tidak ada yang mencoba bicara dari mereka. "Temui nenekmu. Dia belum tahu kabar perceraianmu. Aku tidak mau menjelaskannya, kau sendiri yang harus mengatakannya."

Malam itu, tidak ada kata-kata lain yang disampaikan ibunya. Tidak ada ucapan selamat ulang tahun, tidak ada harapan di hari ulang tahunnya, dan semuanya berantakan. Sambil membendung tangisnya, Sewool meninggalkan rumah orang tuanya berserta makanan yang belum sempat dimakan bersama.

Nanti saja, ia akan menyimpan tangisnya sampai tiba di rumah.

[]

karma :(

dulu ulang tahun taehyung, sekarang ulang tahun sewool.

dulu ulang tahun taehyung, sekarang ulang tahun sewool

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
More Than PastryWhere stories live. Discover now