30| Sorrow

7.9K 1.7K 1.3K
                                    

Sentuhan Hoseok persis seperti yang diingat Sewool kemarin malam.

Menimbulkan debaran jantung yang mengerucut pada arti sesunggungnya. Debaran familier yang disebabkan karena kekurangan napas akibat ciuman hebat, bukan renyut jantung yang membuatnya terjaga sepanjang malam maupun getaran yang pernah ditinggalkan seseorang.

Semuanya jelas beda.

Empat kali...

Sewool menghitung dalam hati saat bibir Hoseok turun ke kulit lehernya. Matanya mengawang jauh ke depan, kosong, dan seolah mencari jawaban mengapa sejak pagi hatinya dirundung kengerian.

... total empat kali seks dengan Hoseok jika hari ini terulang kembali sejak mereka bertemu.

Sekarang mereka berakhir di dapur Hoseok pukul lima sore setelah kembali dari kencan singkat. Apa yang salah? Sewool memejamkan mata sambil mengukuhkan lututnya agar tidak lungsur saat diserang kecupan-kecupan yang membuatnya lemas. Pinggungnya bersandar di bawah kabinet dapur, mengimbangi ciuman Hoseok setiap kali bibir mereka bertemu. Namun rasanya pikiran Sewool ada di suatu tempat entah di mana. Jauh sekali.

Sewool menggigit bibir saat Hoseok memberikan kulit tendonnya kecupan manis. Belakang telinga Sewool menjadi incaran selajutnya. Semuanya berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Seluruh ciuman Hoseok terasa seperti diburu waktu.

Kedua tangan pria itu mulai turun dan mengangkat baju rajut Sewool secara serabutan. Menjatuhkannya dengan mudah, lalu beralih pada kancing pertama kemeja Sewool. Hoseok bisa merasakan Sewool mencengkeram erat bajunya sebelum menarik ke atas dan membiarkan bajunya bergabung di lantai. Ia bertanya-tanya, apakah kadang kala Sewool bisa menjadi sangat agresif mengingat Sewool acap kali menjadi pihak yang selalu menerima saat beberapa kali mereka tidur bersama.

Tidur. Hoseok ingin tertawa saja.

Setidaknya ia masih mencoba mengartikan hubungan mereka lebih dari sekedar terma berkencan dan tidur. Pria bernama Kim Taehyung mungkin akan langsung melepas tinju bila mendengar ini dari mulutnya. Tapi siapa peduli, Hoseok sedang belajar untuk mencintai Sewool.

Bibirnya kembali mengulum bibir Sewool. Namun merasa sikap Sewool berbeda, ia menjauhkan wajahnya sejenak. "Kau mau aku berhenti?"

"Lanjutkan." Suara Sewool melirih. Kilasan matanya terlihat putus asa.

"Aku tidak bisa. Kondismu kelihatan buruk sejak kita keluar rumah."

Sewool memaksakan seulas senyum dan menggeleng. "Aku baik-baik saja. Tolong lanjutkan."

Hoseok menatap wanita di depannya cukup lama. "Tidak. Sebaiknya kita—"

"Aku ingin kau lakukan sekarang, Jung Hoseok," sela Sewool tegas. "Kumohon."

"Sewool...?"

"Yakinkan aku untuk terus di sini. Untuk terus berada di sisimu. Lakukan apa saja yang bisa membuatku yakin. Bawa aku pergi. Aku akan ikut bersamamu ke mana pun itu. Tolong. Kumohon. Kumohon." Mati rasa, Sewool tak percaya bahwa dirinya sanggup mengatakan itu. Memohon seperti orang sakit pada pria yang belum lama ia kenal. Harga dirinya terasa dicabik-cabik, tindakannya mirip orang sinting, tetapi ia tidak peduli. Sewool telah lelah peduli pada apa pun lagi.

"Tapi keadaanmu—"

Belum sempat Hoseok bicara, Sewool menarik lehernya dan membawanya dalam ciuman penuh desakan. Hoseok kembali dibuat bingung dengan apa yang terjadi, namun ia mengakui wanita ini sungguh ahli dalam ciuman hingga membuat seluruh nalarnya dituntun gairah. Mengulum bibir Sewool, dan kembali menemukan sensasi yang tadi sempat hilang. Detik berikutnya Hoseok tahu ia sudah kehilangan kendali untuk menolak. Tidak ada lagi pertanyaan yang bergelimpangan di benaknya meskipun ciuman mereka begitu hambar.

More Than PastryWhere stories live. Discover now