29| Sorry

8.1K 1.7K 1.7K
                                    

Henlo! Chapter ini lumayan panjang nih. Please enjoy and support each paragraph as it came. Bakal seneng juga kalau mau komen setiap paragraf dan mau tag aku di instagram idybooks. Thank you all! Your support is highly appreciated and meant a lot.

 Thank you all! Your support is highly appreciated and meant a lot

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— — —


Tidak ada banyak waktu larut dalam kesedihan. Taehyung sudah harus bekerja esoknya dan meninggalkan kediaman orang tuanya selepas makan siang, dan tentunya setelah rambutnya dipangkas ibu.

Bohong rasanya jika mengatakan sudah lebih baik. Butuh waktu, entah seminggu atau lebih dari setahun. Taehyung hanya sedang berusaha menyetel ulang emosinya sedemikian rupa agar tidak mempengaruhi aspek lain yang membuatnya meronta-ronta dalam paluh nestapa.

Berat memang beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Namun ketika satu-satunya jalan untuk menghadapi masalah hanya dengan berdamai, maka akan Taehyung lakukan. Berpura-pura normal sampai ia bertemu Han Sewool.

Sebelum masuk ke kamar mandi, ia melihat toples kaca bening setinggi 20 senti yang diletakkan di bar dapur. Lalu berdecak pasrah. Ibunya membekali selusin kukis. Sejujurnya ia tak menyukai camilan itu, tokonya pun tak pernah menyediakan kukis. Tapi Han Sewool suka kukis. Sekarang bagaimana cara menghabiskan kukisnya sendiri tanpa bantuan Han Sewool.

Astaga, Kim Taehyung. Pria itu memejamkan mata dan memijit pangkal hidungnya.

Bisakah sehari saja bayangan Han Sewool lepas dari kepalanya?

Tak lama ponsel yang dilemparnya ke sofa berdering; panggilan masuk dari ibunya. Ia mengambil ponselnya dan segera menjawab, "Aku sudah sampai." Perihal lupa mengabari sang ibu.

"Kau lupa bawa nasi gulung dan lainnya."

Taehyung menepuk dahinya spontan. "Ah, benar. Aku meninggalkannya dalam kamar."

"Sekarang bagaimana? Mau ibu antar?"

"Tidak, tidak. Aku bisa kembali sekarang juga."

"Jaraknya jauh sekali. Kau bilang besok mulai kerja." Diseberang sana sempat terdengar suara ayahnya yang mengatakan rekan kerjanya akan datang ke rumah sebentar lagi. Ibunya menjawab ya, lalu kembali lagi padanya, "Bagaimana? Biar kuminta seseorang yang antar."

"Tadi ayah bilang ada yang mau datang, kan? Ibu sediakan saja makanan tadi." Sekilas ia menoleh ke arah toples kukisnya. "Aku tidak masalah. Selesai cuci baju aku mau cari makan sendiri."

"Kau masih mencuci pakaian sendiri?"

Taehyung berjalan ke dapur sambil berkata, "Ya, tidak ada yang salah dengan cuci pakaian sendiri."

"Berapa kali Ibu pesan, serahkan saja pada agen laundry."

"Ibu kan tahu aku tidak suka bajuku dicuci orang lain. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya baju yang kupakai seharian harus disentuh orang sembarangan."

More Than PastryWhere stories live. Discover now