28| Promised

7.3K 1.6K 939
                                    

Hatinya kian hampa. Sedikit demi sedikit Taehyung mulai kehilangan daftar keinginan dalam hidupnya. Sama halnya ketika ia kecanduan kokain di tahun kedua sebagai juru masak profesional. Ia kesulitan tidur, bangun dengan rasa gelisah, dan sulit berkonsetrasi hingga memutuskan cuti enam bulan lebih untuk memulihkan diri.

Sekarang Taehyung seperti diseret kembali pada masa-masa itu. Puncaknya malam tadi. Kepalanya pening seperti hancur berkeping-keping. Ia kesulitan tidur, bukan karena pengaruh minuman maupun obatan-obatan. Taehyung selalu bangun pagi tapi rasanya tak berpijak. Dia selalu menatap mentari dengan hati yang dipenuhi sesak.

Namun, biarpun begitu, Taehyung tetap pergi bekerja, menyelesaikan tugas sebagai kepala dapur, menunjukkan raut wajah yang tak sepadan dengan jiwanya, dan kembali pulang dengan hormon-homor dopamin yang tercecer entah di mana.

Bila hidupnya diibaratkan kode RBG, Taehyung akan mendapat angka 000 yang artinya gelap, hitam, pekat. Sekelilingnya hanya tampak seperti film jadul hitam-putih yang diputar mode lambat. Jikalaupun berwarna, hanya sebatas sepia.

Mengerikan. Hidupnya jadi terasa begitu hambar lantaran sewool tak pernah sekalipun menampakkan wajah di depannya setelah perdebatan mereka di dapur dua minggu lalu.

Rabu tadi pun Sewool absen mengunjungi tokonya. Tidak pula mengirim pesan maupun surel. Teras dan beranda rumah Sewool senantiasa gulita di antara rumah lain. Tidak ada penerangan apalagi tanda-tanda kehidupan. Suara mesin mobil wanita itu pun tak pernah lagi terdengar.

Kalau begitu—kalau pada akhirnya ia tidak bisa melihat wanita itu lebih sering, tidak bisa melenyapkan kerinduan meski hanya sehari... lantas untuk apa Taehyung menempati rumah ini? Untuk apa membayar dengan separuh hasil investasi selama belasan tahun hanya agar bisa menempati rumah ini?

Bukan tanpa maksud, semuanya ia lakukan agar bisa memastikan Han Sewool tidak pernah jauh dari jangkauannya dan tetap aman. Tetapi sekarang ia mengerti, satu-satunya orang yang membuat wanita itu tak pernah merasa aman adalah dirinya.

Taehyung merasa gagal. Kurang becus. Pria sialan yang hanya bisa mengutuk nasib. Malam ini pun kembali ia merenung dalam mobil. Memusatkan pandangan sendu pada pekarangan minim cahaya, hanya sebatas siluet benda-benda.

Ke mana Han Sewool?

Tak ada di rumah orang tua mereka, tak pula pergi ke tempat favoritnya. Ke mana wanita itu pergi?
Otaknya seperti ditimpuki kerikir tiap kali bertanya demikian. Sewool bagai ditelan bumi.

Di tempat Jung Hoseok?

Benarkah?

Taehyung semakin dibuat tak mengerti. Dua tahun—dua tahun kebersamaan mereka. Dua tahun yang menjadikan harinya bukan lagi soal pekerjaan. Dua tahun yang membuatnya tak sabar bertemu akhir minggu. Dua tahun yang terasa segalanya. Dua tahun yang membuatnya berani jatuh cinta lagi dan sekarang dua tahun itu bagai lencana koki yang digunting paksa dari apronnya. Taehyung tak mengerti bagaimana mungkin Sewool menggantinya dengan pria lain semudah itu setelah dua tahun mereka.

Terkadang Taehyung takut melihat ponsel, tetapi sebesar apa pun hatinya menghalau, jarinya tergerak membuka kembali foto dan barisan pesan lampau. Rasanya sungguh menyenangkan. Taehyung rindu. Dia terlalu merindu sampai kesulitan menelan banyak makanan dan kurang tidur.

Sleep doesn't help if it's your soul that's tired kutipan itu terasa amat benar untuknya.

Ia melihat ponselnya lagi. Sekali lagi, menghubungi Sewool untuk ke enam belas kali di hari ini. Taehyung bersumpah sudah mengantongi lebih banyak keberanian—untuk bicara, untuk mencoba segalanya dari awal, atau malah keberanian untuk kehilangan. Tak tahu mana yang benar karena semuanya terasa absah.

More Than PastryUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum