33| Detach

14.4K 1.8K 2.8K
                                    

Detach;
Remove something or move away from someone.


Here we are! Final chapter!

Berat, tapi boleh titip komen kamu untuk yang terakhir kalinya? Aku bakal seneng banget. Tag di instagram juga boleh nanti kurepost. Aku berterima kasih sama Pastel udah mau temenin aku nulis sampai di part ini. Thank you, you guys are awesome!



__ __ __


Sewool masih belum pulang usai membuatkannya makan siang. Mereka tak banyak bicara, namun Taehyung merasakan debaran defensif ketika seluruh perhatiannya selalu condong kepada Sewool.

Tanpa berkata apa-apa, ia terus menatap wajah Sewool yang duduk di sampingnya sambil mengerjakan sesuatu dengan laptop. Sesaat, ia merasa Sewool sudah kembali menjadi Sewool yang dulu. Sewool yang sering main ke tempatnya tanpa riasan atau pemulas bibir, tidak peduli tampilan—primitif apa adanya, yang bagi Taehyung beginilah standar paling cantik dari Han Sewool.

Entahlah, Taehyung hanya merasa hubungan mereka masih baik-baik saja ketika Sewool bersila di karpet lantai sambil mengedit buku serba-serbi kuliner karyanya, sementara mereka tidak harus berjauhan karena Taehyung selalu dibutuhkan. Sewool akan mulai bertanya banyak, lalu minta diambilkan air lagi bila gelasnya kosong. Begitulah kehidupan mereka dulu.

Adegan itu terus terbesit dalam benaknya. Sungguh, Han Sewool hari ini masih seperti Han Sewool yang kemarin bersamanya. Han Sewool yang selalu bilang membutuhkan Kim Taehyung saat bekerja. Han Sewool yang selalu minta ditunggu hingga pagi buta sampai akhirnya ia ketiduran di sofa. Dan Han Sewool yang tidak pernah kelihatan lelah walau bekerja semalaman suntuk. Membuat dada Taehyung membuncah bahagia, tapi nyeri.

"Terima kasih," kata Sewool melenyapkan kebisuan, namun pandangannya tetap ke layar dan jarinya bergerak mengedit beberapa tulisan yang salah walau ia sadar sejak tadi perhatian Taehyung bukan terarah pada laptop, melainkan wajahnya. "Aku merasa berhutang banyak padamu."

Taehyung memutuskan tatapannya, lalu bekedip ke arah pahanya, serta merta merta menelan ludah. Kalau merasa berhutang harusnya jangan pergi. Kata-kata itu terasa pahit diucapkan. Ia berkeinginan kuat mengatakan itu secara langsung, namun pikiran dan gerak tubuhnya belum berdaya.

Sekarang ia mulai tidak bisa memahami apa yang terjadi pada dirinya setiap kali ia berada didekat Han Sewool. Ia menjadi pria pendiam. Khawatir akan mengganggu Sewool dan membuat wanita itu tidak nyaman. Bahkan Taehyung menolak mandi hanya karena takut Sewool sudah pergi saat ia selesai nanti. Kepergiaan ibunya sudah cukup membuatnya menderita luka batin dan fisik. Ia tidak ingin lukanya makin parah karena Sewool ikut meninggalkannya.

"Taehyung, kau yang lakukan ini juga?" Sewool bertanya lembut. Pria itu beringsut lebih dekat saat Sewool menunjuk sesuatu di word.

"Yang mana?"

"Catatan kakinya kau yang buat?"

Taehyung mengangguk tanpa suara. Seketika membuat Sewool tersenyum dan segera mengedit pengertian mengenai sajian éclair. "Ada baiknya buku panduan non fiksi seperti ini jelaskan secara langsung namun lugas. Kau tidak harus selalu menggunakan catatan kaki. Buang kalimat yang menurutmu tidak penting."

Taehyung mengangguk.

"Kau yang susun kalimat dalam catatan kakinya sendiri?" Sewool memalingkan wajah ke samping dan menatap Taehyung sejenak.

Lelaki itu mengangguk singkat. "Ada yang salah?" Sebersit kekecewaan muncul dari balik matanya.

Sewool menggeleng, masih dengan senyum terpatri. "Bukan salah. Hanya saja kurang tepat." Ia menarik laptopnya agar sejajar di antara bahu mereka. "Coba baca ulang punyamu dan bandingkan dengan tulisan yang telah kusunting."

More Than PastryWhere stories live. Discover now