11| Torture

8.6K 1.8K 428
                                    

Gabungan rasa sakit itu melanda hatinya. Tak terbesit di benak Taehyung bahwa ia akan mengalami hidup sesulit ini. Ia merasa begitu marah tapi juga ada banyak kesedihan.

Kini sambil merenung di tepi ranjang, ia terus memandangi box bayi yang dibelinya saat usia kehamilan Sewool memasuki trisemeter kedua. Sekarang janin di perut Sewool pun sudah tak ada, jadi apa yang bisa ia harapkan. Memohon agar wanita itu sukarela melakukan hubungan intim dengannya sampai hamil lagi?

Taehyung mungkin sungguhan gila jika dia berhasil melakukannya.

Sesekali dalam sebulan ia menyalahkan dirinya atas semua ini. Terlepas dari apa yang dia alami beberapa bulan ke belakang, Taehyung merasa tetap harus ada yang dibenahi dari caranya bersikap. Namun ia merasa hubungan mereka terlalu sulit dibenahi. Pada akhirnya semua ini hanya menyisakan keping-keping tajam memori yang berlompatan di kepalanya. Menimbulkan sakit tiada kira.

Taehyung ingat bagaimana ia selalu meluangkan dua kali dalam sehari meracik camilan sehat. Bahkan mempelajari resep makanan hamil dari situs ibu dan anak. Hanya saja setiap kali ia pulang, rupanya Sewool sama sekali tidak menyentuh masakannya.

Terkadang yang membuat Taehyung begitu kesal karena Sewool tidak keluar kamar seharian. Setiap kali ditanya, jawabannya pun selalu sama. Wanita itu berdalih sedang sibuk bekerja. Persetan. Pekerjaan sialan. Begitulah ia mengumpat pada dirinya sendiri.

Teringat pula, suatu malam ia melihat wanita itu baru selesai mandi. Rambutnya masih basah, menguarkan wangi sampo.

Apa-apaan ini?

Walaupun Taehyung mengerti dia bukan calon ayah yang baik dan belum banyak yang dipahami, tetapi keramas jam sepuluh malam bagi ibu hamil bukankah agaknya keterlaluan. "Kau mencuci rambutmu?"

"Rambutku lepek," balas Sewool.

"Di jam sepuluh malam?"

"Aku tidak bisa tidur kalau rambutku kotor."

Taehyung menatap Sewool skeptis tanpa suara, hanya dengan mulut setengah terbuka tak percaya. "Padahal kau tahu itu berbahaya untuk janin?"

"Rambutku lepek."

Saat itulah pertama kali dalam hidupnya, Taehyung ingin membentak seorang wanita lebih dari batas kesabarannya. Ia ingin membentak keras-keras bahwa wanita itu sedang mengandung anaknya. Tetapi kini sudah tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan keadaan.

Selagi mengenang itu semua, Taehyung terus berpikir bagian mana yang membuat Sewool keguguran. Apakah karena Sewool telat makan? Apakah karena suasana hati Sewool yang buruk setelah hidup bersamanya? Apakah psikis gadis itu terlalu terguncang karena terpaksa menikah dengannya? Atau justru karena sosoknya yang terus berada di sekitar Sewool?

Taehyung tidak sanggup memikirkannya dengan jelas. Pikirannya carut marut seperti ada nanite-nanite ganas yang siaga merusak otaknya. Bahkan sejak sore tadi, sejak Sewool mencungkil kuenya, sejak ia berbicara jahat pada wanita itu, dan sejak ia mengatakan beberapa poin jahat tentang penulis kuliner.

Taehyung terlalu lelah memikirkan segalanya. Tetapi ia lebih merasa tak berdaya bila terus memikirkan calon bayi pertamanya yang tidak akan pernah bisa ia lihat. Energinya seperti dikuras karena sejak kemarin ia telah berjuang menguatkan diri untuk menghadiri persidangan mereka sebentar lagi.

Mau tidak mau, Taehyung harus mengalami pernikahan dan perceraian pertama yang begitu menyiksa.

***

"Tenang saja aku takkan membuat namamu jelek." Sewool mencari pulpen di tasnya dan mendorongnya di atas meja ke arah Taehyung. "Aku sudah menyewa pengacara dan Jasa Urus Cerai terbaik di Seoul. Biaya perceraiannya juga kutanggung delapan puluh persen dengan asuransiku."

More Than PastryWhere stories live. Discover now