23| Downfall

7.5K 1.9K 1.3K
                                    

Bagaikan disetel alam bawah sadarnya, Sewool menyanggupi permintaan Si Woo. Masuk ke rumah Taehyung dengan kode 24-11-19—entah hari lahir pria itu atau hari perceraian mereka—yang pasti angka itu didapat dari Si Woo karena katanya Taehyung kesulitan bangun dari kasur. Tetapi apa yang dilihatnya sekarang berbading terbalik dengan apa yang Si Woo katakan

Kim Taehyung duduk berselonjor di sofa mengenakan piyama tidur merah flanel, memangku setabung Pringles original, dan menyalakan televisi dengan volume keras meski matanya tertuju pada ponsel di tangan. Bermain game yang Sewool tahu dari suaranya Candy Crush.

Kakinya dibebat perban sementara bibirnya menggumamkan kata sialan berkali-kali seolah pria itu memainkan game kelas dunia. Kim Taehyung memang norak soal perkembangan dunia, dan anehnya Sewool pernah menikahi pria kuno seperti Taehyung yang sanggup menghabiskan waktu seharian di dapur.

"Biar kubuatkan sesuatu." Ketika Sewool bersuara, mengecilkan volume televisi, dan meletakkan tas serta kantong belanjaan di meja, barulah Taehyung menyadari keberadaannya. Sewool segera berjalan ke dapur, menanggalkan mantel, dan menyampirkannya ke kursi.

Sementara Taehyung malah tercengung. Lidahnya kelu seolah terpukau. Tidak menyangka wanita itu benar-benar akan datang.

Kini, laksana predator yang mengawasi mangsanya, Taehyung tidak bisa memalingkan matanya dari sosok yang mengambil alih dapurnya. Seolah pandangannya tersedot ke pusara yang besar.

Cantiknya Sewoolku. Memakai polo-neck putih dan celana legging hitam, menguncir rambut kecokelatannya sejajar telinga, dan tentu saja tanpa alas kaki. Tungkai kaki telanjangnya mempesona, tubuhnya relatif kecil dan langsing, namun ukuran buah dadanya lumayan besar dan bentuknya amat indah.

Berengsek kau Kim Taehyung.

Pukul dua lewat sepuluh siang, Sewool selesai masak. Membawakannya nampan berisi segelas air, semangkuk nasi dan sayur, telur dadar rebus, sepiring dada ayam, ikan kukus tanpa tulang, beserta jus raspberry.

Ada lebih banyak sayur brokoli di mangkuknya. Sehingga akalnya melayang pada masa pasca operasi usus buntu. Pernah sambil menyuapkan brokoli padanya, Sewool menangis sesunggukan 'tadi aku sendiri yang merebus brokolinya, katanya brokoli bisa menyembuhkan luka. Setelah ini jangan sakit lagi, ya' begitulah yang dikatakan Sewool. Sambil mengunyah, ibu jari Taehyung terus mengusap air mata di pipi Sewool dan beberapa kali tertawa gemas sampai tersedak.

Ah, mengenang lagi. Miris sekali hidupnya.


***


Setelah mencuci semua perkakas makan, Sewool kembali ke tempat Taehyung. Menurunkan isi kantong belanjaan.

"Si Woo benar?" tanyanya memastikan sambil mengeluarkan dua botol jus labu dari kantong kertasnya. "Dia bilang kau belum makan sejak semalam. Tidak pergi ke rumah sakit juga."

Jawaban Taehyung hanya berupa endikan bahu tidak serius sambil kembali berkutat pada ponselnya, walaupun secara mendasar tak ada yang dia perbuat di sana. Hanya menggulir layar ke kiri dan kanan tapi berlagak sibuk. "Sudahlah. Tidak ada yang peduli padaku."

Sewool menghela napas panjang dan melanjutkan pekerjaannya menyusun makanan sehat yang dibelinya sebelum ke sini.

"Satu-satunya yang peduli mungkin cuma penulis Han," gumam Taehyung masih menatap ponselnya. "Soalnya dia masih butuh aku untuk bukunya."

"Aku datang bukan untuk bukuku," sahut Sewool jengkel. Baginya, perkataan Taehyung seolah menyiratkan bahwa pertolongannya karena mengharap balasan. Meskipun Sewool sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba bersedia masak untuk pria ini.

More Than PastryWhere stories live. Discover now