14| Reveal

7.5K 1.7K 419
                                    

"Kau mau tahu apa kesalahanmu selain karena tidak menyukai pekerjaanku?"

Suasana menjadi hening setelah Sewool mengatakan hal itu. Dan Taehyung merasa dadanya berdebar liar daripada yang pernah dia bayangkan. Tangannya yang menggantung di besi pintu turun ke sisi tubuh.

"Kau mau tahu apa kesalahanmu selain karena tidak menyukai pekerjaanku?"

Taehyung menoleh ke samping kanan-kiri dan memastikan orang-orang di dapur tidak mendadak keluar, kemudian berbalik pada Sewool. "Karena aku menghamilimu?" tanyanya memelan.

Sewool menatap pria itu tercengang.

Luar biasa. Pria ini luar biasa. Apakah pria ini memang tidak mau mengakui kesalahannya? Sampai kapan? Sampai ia memberitahu kesalahan yang memang Taehyung sendiri ketahui?

"Biar kutunjukkan." Sewool berbalik ke arah atelier Taehyung dan membuka pintunya dengan gerakan mulus.

"Berhenti di sana, Han Sewool!" Kemarahan Taehyung meledak, dan meskipun sudah tahu tidak dapat menghentikan Sewool ia tetap berkata demikian.

Taehyung melayangkan tatapan penuh emosi pada pintu ateliernya yang tebuka sebelum berjalan dengan langkah lebar menyusul Sewool.

Saat masuk ia melihat Sewool tengah mengaduk laci kerjanya sambil menggumam sendiri, "Kau pasti menyimpannya di suatu tempat. Aku pernah menemukannya di sini."

"Berhenti." Taehyung berusaha mengambil tangan Sewool agar tidak menyentuh semua perabotan di ruangannya.

Tetapi pada dasarnya, kemarahan wanita adalah sesuatu yang sulit dipadamkan. Tiap kali menarik tangan Sewool, Taehyung merasa tenaga Sewool meningkat dua kali lebih besar sama seperti amarhanya.

"Aku harus menemukannya sekarang. Aku pernah menemukannya di tempat ini." Sewool mencari-cari sesuatu yang dimaksudnya di antara dokumen Taehyung dalam seluruh laci dan beralih secepat kilat pada rak buku.

Kemudian di laci meja yang tak jauh dari rak, ia menemukan barang yang dicarinya. Tanpa pikir panjang, Sewool menarik ampol itu keluar, dan saat itu pula Taehyung menerjang tangan Sewool dengan cengkeraman putus asa. Beruntungnya, Sewool bisa menepisnya lebih cepat.

"Itu semua milikku. Kembalikan, Han Sewool."

"Milikmu?" tanya Sewool, yang tiba-tiba semakin dicekam oleh amarah tak terkendali. Ia membuka dokumen dan membanting semua kertas-kertas itu ke meja. "Ini, ini, dan ini. Ini semua adalah MoU yang dikirimkan beberapa chef untukku, kau merebut semuanya dariku. Kau menyabotase surelku, mengirim pada beberapa redaksi untuk tidak menguhungiku dan membatalkan kontak kerjasama dengan koki lainnya. Kau ingin aku bekerja hanya untukmu, menulis semua resepmu, dan membuatku terus berada disekitarmu—menjadi penulis pribadimu. Apakah aku salah?"

          Untuk sekarang, ada yang membuat hati Sewool seperti dimikser setiap kali melihat wajah Taehyung. Sekarang ia begitu membenci Kim Taehyung dibandingkan rasa sayangnya pada pria ini.

"Kau tentu tidak akan pernah punya jawabannya," lanjut Sewool tanpa menunggu sanggahan, "karena kau selalu memikirkan dirimu sendiri. Tidakkah kau sadar itu. Kau ingin aku selalu melihatmu, menarikku dalam masa lalumu, rasa sakitmu, mencoba membuatku seperti wanitamu yang dulu, tanpa sadar kau menjadikanku objekmu,"

"Berhenti bicara, Han Sewool."

"Dan Lea Manon..."

"Hentikan," bisik Taehyung tampak memalangi emosi yang nyaris mendobrak keluar.

"... kau sungguh-sungguh ingin menghapus wanita itu dari ingatanmu, kan? Karena itu kau tidak bisa melihat diriku yang seperti ini."

"Kubilang berhenti, Han Sewool."

"Kau merasa tertekan bila aku menyebut namanya? Bila aku mengetahui rahasia kalian berdua?"

Taehyung menatap Sewool gelisah. Sementara Sewool tidak tahu lagi bagaimana caranya ia mengatakan sesuatu lebih daripada yang dia niatkan. Sewool sudah tak tahu lagi bagaimana cara menghadapi pria baik nan jahat ini.

Impian Sewool terkesan rapuh ketika dia meletakkan di tangan Taehyung seperti sesembahan. Namun Taehyung jelas tahu cara mengambil alih impiannya. Sewool mengorbankan banyak hal demi mengejar impiannya, dan Taehyung telah melahap impian Sewool seperti selembar kertas butut yang dilemparkan ke dalam kobaran api.

Terlambat, sudah tidak ada yang bisa ia lakukan. Sewool kehilangan banyak peluang, semua orang menuduh jika dialah yang mencampakkan Taehyung, semuanya, ayahnya, ibunya, bahkan mantan mertuanya terlanjur menganggap dirinya tidak lain seperti wanita yang memuja pekerjaan seperti anggota sekte sesat.

"Aku baru tahu kalau fakta yang disembunyikan lebih menyakitkan daripada kebenaran yang terungkap," papar Sewool belum ingin berhenti.

Setelah mengambil jeda dua-tiga detik, Sewool mengeluarkan dengusan napas muak, tapi matanya mulai berkaca-kaca dan suaranya tidak sekuat tadi, malahan terkesan tak berdaya. "Kau pasti masih bertanya-tanya mengapa aku bisa membencimu dalam sekejap kan. Aku tentu tidak akan melakukannya jika kau mau mengakui sedikit saja kesalahanmu. Aku telah memberimu waktu. Andai kau tidak tahu kesalahan yang kau perbuat, aku bisa saja langsung memberimu maaf. Tapi kau menutupi kejahatanmu dariku. Sekarang jelaskan padaku, wanita mana yang bisa hidup berdampingan dengan pria seperti itu?"

Layaknya benang kusut yang baru diuntai lurus, Taehyung yang tadinya membisu mulai bersuara, "Jadi hanya karena itu kau mau berpisah dariku?"

"Hanya?" mata Sewool membesar lagi, seukuran biji ketapel. "Hanya kau bilang? Bayangkan jika aku terus hidup bersamamu. Aku mungkin akan menderita sepanjang waktu karena pasanganku tak pernah mendukung apa pun keputusanku."

Sekuat tenaga, Sewool mencoba memendam tangisan meskipun matanya semakin berembun dan hatinya teramat pedih.

"Aku mengerti." Taehyung mengangguk pelan dan menarik napas. "Kalau memang itu maumu, silakan bekerja. Bekerja saja. Lakukan apa pun yang kau suka, tapi..." sekejap ia tidak sanggup melanjutkan sisa kalimatnya.

Taehyung menjilat bibirnya lebih dulu dan meneruskan, "tapi mengapa harus penulis kuliner, Han Sewool?"

"Jangan tanya padaku." Sewool mulai bisa mengatur nada bicaranya. Emosinya turun pada titik stabil agar ia tidak menangis di sini—sekarang—di hadapan Taehyung yang akan membuat pria ini semakin sok berkuasa. Atau mungkin sebelum ia terkena pelet Kim Taehyung, jika pria itu pakai pelet atau guna-guna bodong.

Kembali, Taehyung menarik napas seolah-olah pria itu adalah korban sesungguhnya di mata Sewool.

"Aku menyangimu," ungkap Taehyung tiba-tiba. Taehyung mengakui dengan sorot mata bersungguh-sungguh. "Aku masih menyangimu, jika itu yang ingin kau dengar dariku. Aku tetap akan menyayangimu terlepas dari apa pekerjaanmu."

Mustahil tidak memercayai pengakuan itu. Setidaknya Taehyung bukan pria yang bisa membohongi perasaannya—itulah satu-satunya yang masih Sewool percaya dari sosok seperti Kim Taehyung yang sok bisa segalanya.

"Aku mencintaimu." Taehyung mengulangi, dengan taraf serendah mungkin.

Sekali lagi, Sewool mempercayai pengakuan itu di antara dorongan kuat menggetok kepala pria itu dengan sudip atau pantat panci.

Tetapi sayang sekali, Sewool tak sudi membalasnya dengan ucapan sama. Wanita itu hanya tersenyum sambil berkata, "Sedih sekali. Kau hanya mencintaiku. Bukan keselurahan yang ada padaku, maka lupakan saja."

Sewool menarik napas dan menghembuskannya melalui hidung. Kemudian ia membereskan kertas-kertas di meja dan mengumpulkannya menjadi satu dokumen, lalu memasukkannya lagi ke tempat semula.

Sewool berbalik pada Taehyung dan tersenyum manis. "Untuk kerjasama kita, aku akan menunggu sampai kau siap."

[]

Konfliknya masih mau yg ringan-ringan saja untuk more than pastry. Semoga sampai akhir tetap ringan.

Oh, ya untuk yg komen taehyung-sewool dipisahin, akan aku pertimbangkan. Tapi kayaknya ide bagus ya. Soalnya baru kali ini aku diprotes diceritaku banyak yg ga setuju pemain utama bersatu haha 😂 okedeh kita lihat nanti

More Than PastryWhere stories live. Discover now