26| Turmoil

8.4K 1.7K 1.6K
                                    

Bertahun-tahun hidup sendiri membuat Taehyung terbiasa menentukan acak pewangi pakaian, sabun mandi, hingga merek camilan rumput laut. Taehyung tak pernah meminta orang lain membelajakan kebutuhannya. Praktis, dia akan datang sendiri ke supermarket, mengambil asal barang-barang yang diperlukan lalu pulang.

Tetapi sejak berpisah dari Sewool, ia selalu berusaha mengingat wewangian apa saja yang pernah dibeli gadis itu. Apakah gadis itu memakai merk Downy, Pigeon, atau Kirkland? Wangi apa yang biasanya dibawa pulang Sewool?

Dan setiap kali pewanginya habis ia akan mengingat-ingat lagi lalu mencoba membeli yang baru. Berharap wanginya kali ini sama. Tetapi kembali terulang, apa yang dibelinya selalu tidak sesuai dengan apa yang muncul diingatan. Terkadang, apabila tak ada orang di lorong, Taehyung terpaksa mengendus aroma pelembut pakaian dari depan kemasan meski tahu tindakannya seperti orang tolol dan tak mungkin tercium.

Ah, sial. Andai saja pegawai toko memberi sampel.

Sekarang sudah ketiga kalinya Taehyung menghabiskan waktu lima menit hanya untuk memeriksa satu persatu pewangi pakaian. Menurutnya tak pernah ada wangi yang sama seperti yang Sewool beli. Begitu pun dengan camilan rumput laut yang biasanya mereka makan bersama. Ketika mencicipinya di rumah rasanya malah semakin berbeda. Sekarang Taehyung benar-benar menyadari betapa kerepotannya ia belanja sendiri tanpa Sewool.

Ya Tuhan, mengingat setiap detil tentang Han Sewool hanya membuatnya tampak merana.

Ketika Taehyung sudah menentukan pilihan dan memasukkan enam kotak rumput laut kering ke trolinya, sebuah lengan mengambil salah satu kotaknya. Suaranya mendekam di ujung lidah saat melihat seorang wanita dengan rok knit midi elastis sependek lutut yang membentuk pinggul dipadu sweter kebesaran krem.

Han Sewool ada di depannya sambil membaca bagian belakang kemasan dan tak lama menengadah padanya. "Rumput laut yang ini mengandung bubuk cabai. Kau bilang alergi makan cabai. Lagi pula merek rumput laut yang ini terlalu mahal." Sewool memberi informasi tanpa permisi.

Taehyung tak bersua, bahkan untuk sekedar menggerakan tepian bibir. Biasanya Taehyung tak suka informasi remeh dari orang lain, tapi untuk Sewool pengecualian.

"Kwangcheon," sebut Sewool.

"Apa?" tanya Taehyung tak paham.

"Merek rumput laut yang biasa kubeli Kwangcheon. Selain karena rasanya, harganya jauh lebih murah. Dengan sepuluh ribu won saja kau sudah bisa bawa pulang 16 bungkus. Kalau beli 16 bungkus dapat gratis 16. Sistem buy one get one. Jadi totalnya 32 bungkus, artinya kau cukup membayar sekitar 300 won perbungkus," paparnya. "Kalau ambil rumput laut lain harganya bisa empat kali lipat. Sayang sekali kan kalau hanya untuk makan dengan nasi sehari-hari."

"Tapi ini benar-benar dapat enam belas bungkus seharga sepuluh ribu won?" Taehyung mengerjap tak percaya.

Sewool mengangguk. "Kau bisa minta gratisannya di kasir."

"Gratisan?"

"Tentu saja. Kenapa? Kau tidak mau gratisan? Kalau tidak diambil sayang."

"Bagaimana cara mengatakannya?"

Sewool membuka mulutnya takjub pada orang ini seolah lupa beberapa hari yang lalu ia baru saja melontarkan kalimat yang kurang menyenangkan. "Kau sungguh tidak tahu? Kau tidak pernah membeli barang buy one get one?"

Taehyung menggeleng kikuk. "Apa aku harus membayarnya dengan kartu tertentu atau tunggu sampai struknya keluar?"

"Tentu saja tidak," sentak Sewool jengkel, lalu merubah tekanan suaranya menjadi lebih lembut memberi contoh, "Tolong berikan gratisannya. Cukup katakan itu."

More Than PastryWhere stories live. Discover now