25| Aching

7.3K 1.7K 844
                                    

Hari itu Taehyung tak langsung pulang selepas bekerja.

Dia sempat mampir ke toko bunga dan hendak memesan rangkaian bunga yang masih segar. Namun ia segera membatalkan niatnya ketika petugas bertanya bunga apa yang ingin dipesannya. Taehyung hanya menggeleng pelan sambil mengatakan 'maaf' dan kembali lagi ke mobil berakhir menghubungi ibunya.

Seperti biasa, tidak ada obrolan mendalam di telepon bersama ibunya. Semua dimulai dari pertanyaan ibunya tentang makan malam, sedang di mana, atau seputar pekerjaan, hingga Taehyung yang pertama memulai dengan pembahasan berbeda. Sebuah ungkapan yang ingin sekali dimuntahkannya pada seseorang. Biasanya Taehyung akan meluapkan isi hatinya apabila bertemu langsung dengan kedua orang tuanya. Namun ia bisa merasakan bebannya sekarang bisa saja meledak.

"Ibu tahu apa yang kurasakan hari ini?" Suaranya merendah, mirip orang mabuk, tapi Taehyung jelas tidak minum alkohol nyaris seminggu. Isi kepalanya seolah dibawa melayang ke waktu lampau sambil menatap lampu jalan dari balik kaca mobil.

"Apa itu?"

Taehyung tak langsung menjawab. Ia menarik napas sambil menyandarkan punggung loyonya ke jok mobil. Matanya yang dibubuhi garis lelah berkedip pelan menatap cahaya oranye dari atas tiang jalan.

"Aku sedang merindukan seseorang," gumamnya setengah mengawang. Ia berkedip dan tersenyum tulus. "Sangat merindukannya."

Taehyung tahu ibunya takkan menjawab sebelum ia bertanya. Tetapi Taehyung sedang tidak ingin bertanya.

"Aku merindukan seorang wanita."

Taehyung terdiam sejenak. Menghirup napas ketika merasakan matanya menjadi pedih.

Ia tersenyum pendar dan berbisik lara, "Namanya Han Sewool."

Lama terdiam, ia kembali melanjutkan masih dengan ibunya yang belum membuka suara dan hanya bernapas halus.

"Ibu tahu Han Sewool wanita seperti apa?"

"Seperti apa? Ibu mau dengar."

Taehyung menjilat bibir bawahanya sebentar dan kembali menegakkan punggungnya. "Wanita ini..." taraf suaranya meningkat seolah akan menceritakan sesuatu yang menarik. "Harus bagaimana kuceritakan dia?"

"Katakan saja. Ibu ingin tahu." Ada senyum tersirat dalam suara ibunya, dan Taehyung mengetahui itu dengan pasti.

"Wanita ini sangat unik," ucapnya menggebu. "Kami bertemu dua tahun lalu karena kecelakaan. Biasanya aku tidak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Tapi hari itu nasib sial seperti bayangan. Aku menumpahkan cokelat ke pakaiannya, aku membayar tagihan hotel agar dia bisa ganti baju, dan aku juga yang membeli pakaian baru untuknya."

"Lalu?"

Taehyung kembali diam tak segera menjawab. Ia kembali menempelkan punggungnya ke kursi, kemudian bernapas lemah seraya berkedip. "Tapi aku tidak menyesal. Aku tidak menyesal kami bertemu dengan cara itu. Ibu tahu apa yang membuatku tidak menyesal mengenalnya?"

"Katakan padaku."

Lagi-lagi Taehyung tak cepat-cepat menjawab dan justru merenung. Mengingat setiap bagian dari Han Sewool. "Dia mirip ibu," katanya terdengar pelan lalu tersenyum. "Dia sangat mirip ibu."

Taehyung merasa betapa sentimentilnya ia malam ini. Tetapi ia hanya ingin mencurahkan sesuatu yang ditahannya sejak seminggu lalu tentang rasa rindunya yang sulit disampaikan langsung.

"Wanita ini sedikit cerewet." Kemudian terkekeh dan menggeleng. "Tidak. Bukan sedikit, tapi dia sering buat tempatku jadi berisik. Dia tak segan mencurahkan semua kisah hariannya padaku. Apa pun itu." Cara Taehyung bicara layaknya anak kecil yang mengadu pada ibunya sepulang sekolah. Polos namun penuh kehangatan, juga terdengar kasmaran.

More Than PastryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang