four : those Diamonds

57 13 3
                                    

Ada dua sisi saat kita mencintai seseorang. Sisi pertama adalah saat dia menggebu ingin mengatakannya secara terang-terangan dan lepas dari belenggu kerahasiaan. Sisi kedua adalah saat ingin menutup rapat-rapat mulut, hati, dan kelakuan di depan orang yang kita cinta hingga tak ada tanda-tanda apapun untuk dicurigai. Cinta itu tak selamanya baik. Jika perasaan itu dirasa merepotkan satu sama lain, takutnya hubungan yang awalnya baik akan menjauh secara perlahan jika perasaan itu tak mutual.

Cinta itu bisa menumbuhkan perasaan bahagia dan kehilangan di saat yang sama.

Dari keluargaku, aku belajar bahwa tidak ada cinta di dalamnya. Papa dengan terang-terangan membawa wanita asing pada saat aku masih berumur 6 tahun. Mengatakan bahwa aku bukan orang yang berharga saat aku berumur 15 tahun dan aku tidak lebih dari seorang pengganggu untuk bisnis papa di umur 17 tahun. Hidupku beruntung karena aku lahir di keluarga Davarish karena aku tak akan kerepotan jika aku memilih menjadi pemberontak.

Mama tahu tentang semua hubungan yang papa lakukan. Saat itu yang ada di pikirannya adalah dia bukan orang yang cukup baik, cukup cantik, cukup sempurna bagi pasangannya. Sering sekali aku melihat mama melamun memandang jauh pada tanaman yang tertata rapi di depan rumah, tatapannya kosong. Mama seperti itu cukup lama, sampai satu tahun setelahnya, dia memutuskan keluar dari rumah dan tidak menetap di rumah.

Aku yang awalnya menyukai hari-hari bersama mama menjadi orang nomor satu yang dibenci mama. Benar, mama lebih tidak menyukaiku daripada papa. Alasannya adalah dia mengorbankan tubuhnya yang sempurna untuk melahirkanku. Dengan itupun papa masih senang berselingkuh. Ditambah rupa yang mirip sekali dengan papa daripada mama, membuat mama sangat menyukai untuk mengkritik seluruh hal yang ada di fisikku. Seluruh rasa bencinya pada papa dan hidupnya, dilimpahkannya padaku. 

Mama kembali untuk berkarir sebagai model dan hanya pulang ke Indonesia saat ada kepentingan atau masalah mengenai pernikahanku dengan Gama.

Hal yang kuingat disaat aku beranjak besar tanpa figur kedua orang tuaku adalah banyak hal  yang kulakukan agar mereka menolehkan kepala padaku, memandangku. Dan aku tidak sadar bahwa apapun yang kulakukan, cap yang mereka tempelkan padaku tidak akan pernah berhasil aku lepaskan. Puncaknya saat aku menggigit telinga temanku sampai berdarah karena dia mengejekku sepanjang sekolah dasar. Mengatakan aku babi dan semua hal yang buruk. Mama dan papa memang menolehkan perhatiannya padaku, tapi mereka makin memiliki alasan untuk membenciku. 

Bahkan dari masalah itulah aku tahu bahwa semua masalah yang kutimbulkan nantinya, tidak akan sebesar biji jagung karena koneksi yang dimiliki keluarga. Telinga temanku luka dan berdarah, tapi aku berhasil keluar dari masalah dengan mudah. Bahkan orang itu yang pindah dari sekolah. 

dari kejadian itu juga pertama kalinya aku bertemu dengan Gama.

Aku beruntung karena Gama tidak menolak saat kami berdua dipasangkan. Beruntung karena badanku yang gemuk bisa dikecilkan dengan diet ketat. Mama mengatakan jika dia jadi Gama, sedikitpun tak akan tertarik padaku. Aku hanya memiliki wajah cantik, tak memiliki kepribadian yang menyenangkan. Bahkan mama mengingatkanku berkali kali bahwa wajah cantik tidak akan pernah bisa mempertahankan seorang laki-laki, fisik tidak akan mempertahankan pasanganmu. Mama secara langsung mengatakan, Gama tidak akan ada di sampingku selamanya. 

Menghembuskan nafas berat, membiarkan okigen banyak berebut masuk ke hidungku, balkon kamar terasa lebih nyaman jika aku diselimuti oleh rasa dingin.

cage of majestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang