🇫 🇦 🇲 🇮 🇱 🇱 🇪

8.2K 257 7
                                    



























↷✦; l i b u r a n ❞


















Cip cip cip~  suara idah kicauan burung terdengar di indra pendengaran, susasan yang tidak terlalu terik dan tidak terlalu dingin. Cuaca yang begitu pas berada ditengah tengah titik ternyaman untuk melakukan pengobatan diri, healing dari hiruk piruknya perkotaan yang dipenuhi dengan kepadatan.

"Apa uchan udah boleh makan?" tanya anak yang berusia 4 tahun

"Belum uchan, kita gelar tikarnya dulu ya?" balas anak berusia 9 tahun itu sambil mengusap kepala adiknya, mereka masih memperhatikan kerjaan orang yang melahirkannya sedang membentangkan tikar di atas rumput dengan dibantu oleh anak berusia 8 tahun.

"Kak jen tarik kuat kuat sayang" instruksi lembut sang ibu mengajarkan anak keduanya dengan sabar. Mereka membentangkan tikar yang berukuran sedang cukup untuk mereka gunakan.

Kedua anak yang memperhatikan itu mendekat membantu di bagian ujung yang lain agar cepat terselesaikan.

"Nah selesai, Uchan sudah boleh duduk nak, abang, kakak"

"Uhm maaci bubu~/makasih bu" ucap ketiganya serempak

"Sama-sama sayang~"

Seduduknya mereka berempat diatas tikar mata mereka lalu menatap sang pemimpin keluarga yang masih menggendong salah satu orang tersayang mereka dengan membawa beberapa kantung belanja di tangan kirinya yang terbebas.

"Daddy~!" ucap Uchan ceria saat orang kebanggaannya itu berjalan semakin dekat dengan posisinya berada.

Dengan sebuah senyuman hangat sambil mengangkat tangan kirinya, menggerakkan kecil kantong plastik kekanan dan kekiri merespon teriakan anaknya.

"Iiiyah~" ucap laki-laki berparas tampan itu saat mendudukkan bokongnya diatas tikar duduk di dekat orang orang terkasih, dengan sedikit megusap punggung kecil si bungsu yang masih tertidur pulas di gendongannya.

Ketiga anak itu mengeluarkan isi dari kantong yang dibawah Ayah, dan Ibu mengeluarkan semua makanan yang dibuatnya dirumah tadi pagi sebelum berangkat dari keranjang besar yang berada disamping.

"Punya abang Bu"

"Iya sayang, ini punya bang Mark" sambil menyerahkan buah semangka yang sudah terpotong dadu kecil di wadah.

Bubu meletakkan kotak buah kesukaan masing-masing anak anaknya didepan duduk sang putra. Posisinya Daddy di ujung kiri samping Bang Mark, Kakak Jeno dan Bubu di pangkuannya terdapat bocha 4 tahun itu, Sungchan.

"Ini punya Uchannie" sambil meletakkan kotak buah stroberi didepan anaknya.

Saat Bubu meletakkan kotak kepunyaan Jeno di depan anak itu, Jeno justru merangkak menuju belakang sang Daddy mengintip adik bungsunya yang masih tertidur dipundak kokoh Daddynya. Jarinya terulur menyentuh pipi gempil adiknya mengusap pelan sesekali menekan nekan kecil pipi halus dan lembut adiknya.

Wajah pulas dengan bulu mata yang panjang dan lentik, hidung kecil serta bibir kecil yang terbuka sedikit itu tampak tidak terusik dengan gangguan yang didapatkannya.

"Apa adek tertidur?" tanya Jeno khawatir saat tidak mendapatkan respon dari ulahnya. Mark kakak tertua yang berada tepat disamping Daddy ikut menengok setelah sibuk menikmati buah semangka, masih sambil mengunyah beberapa potongan buah Mark melirik sang Daddy dan Bubu secara bergantian.

Daddy dan Bubu tersenyum, "adek tampaknya sangat kelelahan" sambil kembali mengusap punggung yang masih tertidur di pundaknya, itu Daddy yang menjawab.

"Biarkan adek tidur sedikit lagi ya sayang?" ucap Bubu sambil menepuk pelan tempat duduk Jeno sebelumnya. Sungchan yang berada di pangkuan Bubu berdiri dari posisinya sambil membawa sepotong stroberi ditangan kecilnya berjalan cepat mendekati Daddy.

Tangan kecilnya terulur tepat didepan wajah Daddy "Daddy maam bial bisa kuat endong adek telus hehe" Mark yang berada di samping Daddy tertawa terbahak karena sang adik, berbeda dengan Bubu dan Daddy yang tersenyum hangat penuh bangga pada anak berusia 4 tahun yang begitu perhatian.

Menerima potongan buah kecil itu, tangan besarnya mengusap kepala Uchan lembut menatap wajahnya, sambil mengunyah sesekali tersenyum menatap bangga. Mark mengangkat jempol sambil tersenyum bangga pada sang adik, sedang si empu yang mendapatkan banyak pujian dengan cepat berlari cekikikan kecil kepelukan sang Bubu menyembunyikan wajahnya malu. Jeno yang masih sibuk dengan buahnya cuma tersenyum kecil mengetahui adiknya yang malu malu seperti kucing.

Suasana di taman itu dipenuhi gelak tawa karena ulah Sungchan yang bersembunyi dipelukan Bubunya.




























T. B. C𖤐

🇫 🇦 🇲 🇮 🇱 🇱 🇪 ✔Where stories live. Discover now