🇫 🇦 🇲 🇮 🇱 🇱 🇪

1K 94 8
                                    





















↷✿; Wejangan ❞
















Sepulang keluarga Jung dari rumah sakit, Beomgyu sudah tertidur di gendongan Bubu. Berkumpul di kamar utama, tubuh Beomgyu di kelilingi keluarganya di atas tempat tidur, Daddy di sisi kirinya dan Bubu di bagian kanannya, ada Mark di bagian tengah yang memangku Sungchan, di depan Bubu, dan Jeno sisi Mark.

Mark mengusap-usap kepala Sungchan sesekali mengusap Jidat adiknya yang tertempel byebye fever. Jeno yang menatap terus wajah Beomgyu yang terluka, beberapa goresan disana pipi, dagu, serta ada byebye fever juga yang lebih dulu melekat di jidat Beomgyu.

Bubu membenarkan selimut yang di kenakan Beomgyu.
"Bubu, Abang boleh tidur disini?" Bubu tersenyum, mengusap kepala Mark. "Tidak perlu nak, Abang tidur di kamar sendiri saja. Dede baik-baik saja kok, tidak terluka parah.." Mark hanya diam ia masih memandang Beomgyu.

"Itu hanya luka ringan sayang, beruntung Beomie pakai jaket tebal, hanya saja bagian depannya memang ada beberapa goresan karena Bubu lupa menarik sletingnya.." ucap Bubu menundukkan kepalanya. Tangan Daddy terulur, mengusap punggung istrinya menenangkan. Lalu menatap Jeno.

"Jeno. Ikut Daddy." setelah mengucapkan itu, Jaehyun melangkahkan kakinya keluar kamar, Jeno pun ikut bangkit.

"Uchan Sini nak, tidur juga yak" ucap Bubu menggendong Sungchan, ia akan menimang Sungchan agar cepat tertidur.
Tangan Mark terulur, mengusap pelan pipi Beomgyu.






















Di ruang tengah, Jaehyun duduk di sofa single menatap tajam dengan wajah datarnya pada Jeno, sesampainya Jeno yang berdiri di hadapan Daddynya.

"Kata Bubu, Beomgyu bersamamu?" hanya anggukan yang di lakukan Jeno.

"Jelaskan." Jeno semakin tersentak saat merasakan aura dominan sang ayah yang begitu serius.

"Jangan menunduk, memangnya Daddy ada di sana?"

Jeno mengangkat wajahnya menatap mata Daddy, sedikit gentar dengan tatapan itu.

"Jeno minta maaf.. Hiks.. Jeno lalai Dadd.."

"Bukan itu yang Daddy, mau dengar Jeno" Jeno semakin menangis, mendapatkan intimidasi dari Daddynya.

"Jeno salah.. Jeno salah... Jeno mengabaikan Beomgyu saat di kasih amanah sama Bubu.." ucapnya mengusap kasar wajahnya dengan lengannya.

"Kenapa? Masih belum berdamai dengan masalah yang kemarin?"

Jano tidak menjawab ia hanya menangis menunduk.

"Dengar Jen, Daddy pikir masalah kemarin sudah selesai, karena kau tidak menjelaskan alasan kemarahanmu dengan Beomgyu."

Jeno menarik air yang akan menetes melalui hidungnya, beberapa kali serta dengan lengan yang beberapa kali mengusap wajahnya, menghapus secara kasar air mata yang terus mengalir.

"Jeno minta maaf, Jeno nggak bakal ulangi lagi.. " ucapnya lirih dengan kedua tangan yang bertaut berada di depan dada.

"Jeno."

"Aahh Jeno minta maaf Dadd.."

"Jeno jangan mengulangi perkataan yang sama, jelaskan semuanya. Kenapa susah sekali sih."

"Iya, Jeno masih sedikit marah dengan Beomie.. Karena perihal pengakuan Jeno yang ditolak Renjun, terus kemarin.. Kemarin juga uluran tangan Jeno tidak dibalas dede.. Sorry Dadd.."

"Lalu?"

"Lalu tadi saat di Mall, Jeno menolak memegang tangan Beomie, dan mengabaikannya..."

Jaehyun dengan cepat memeluk tubuh Jeno yang masih terisak, mengusap punggung putra keduanya.

"Iya Daddy maafkan. Karena sudah berjanji Daddy pegang janji Jeno hm?" ucap Daddy yang masih memeluk tubuh Jeno, menenangkan putranya itu.

"Jeno minta maaf Dadd.."

"Iya nak, iya.." ucapan Jaehyun seketika melembut. Merenggangkan pelukannya, Daddy memegang pundak Jeno.

"Dengar, Daddy mengijinkan Kakak untuk masuk taekwondo untuk apa?"

"Untuk melindungi Beomie dan Bubu.."

"Good boy, Daddy kemarin bermimpi hal yang sangat tidak ingin itu sampai kejadian, mau dengar?" Jeno mengangguk.

"Aunty Jessica mengambil Beomie, sesaat Abang Mark pergi.. Ingat kan beberapa bulan yang lalu, kejadian yang menimpa dede?" kembali Jeno hanya mengangguk.

"Daddy harus ekstra hati-hati, menjaga kalian dan terutama Beomie.. Daddy belum tau apa alasan Aunty melakukan hal seperti itu.. Dan parahnya lagi didalam mimpi Daddy.. Beomie, Beomie meninggal.." satu bulir air berhasil lolos di wajah tampan Daddy, tangan Jeno mengusap pelan air mata Daddynya.

Jeno memeluk erat pinggang Daddy, menangis semakin kencang, membayangkan bahwa adiknya telah tiada membuatnya semakin merasa bersalah, ia paling tidak mau dan tidak rela jika sudah tidak bisa melihat adik bungsunya. Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu saja sudah membuatnya kepalang kesal dengan kakak dari Daddynya, yang menjadikan adiknya yang tidak tau apa-apa sebagai hal yang tidak senonoh.

Mark yang bersandar di pintu hanya mendengarkan, mengepalkan kedua tangannya.























T. B. C𖤐

🇫 🇦 🇲 🇮 🇱 🇱 🇪 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang