Enam

1.4K 189 5
                                    

Dengan dibantu Pak Gun, Suta turun dari mobil. Hotel  tempat acara tersebut akan digelar, sudah sangat ramai oleh para tamu yang berseliweran. Seorang staf hotel mendatanginya, menawarkan untuk mengantar Suta masuk ke tempat acara.

Acara tahunan gala dinner yang diadakan oleh Rosemary Foundation itu memang selalu menarik perhatian kalangan kaya dan juga kalangan sok kaya.

Suta bisa mengenali banyak orang. Rata- rata adalah teman orangtuanya, sebab, Suta jarang mau ikut menghadiri acara- acara sosial yang digelar demi untuk tujuan pamer terselubung begini.

Kali ini dia mau hadir karena ibunya menelepon untuk menggantikan beliau. Rosmala sendiri sedang ikut tur kapal pesiar melintasi Selandia Baru dengan para teman- temannya. Sementara Elida menolak muncul di acara yang menurutnya sama sekali tidak berkelas.

Meski sebenarnya, Suta tahu, jika sang kakak saat ini memang sedang menghindari untuk bertemu dengan seseorang yang pernah membuatnya sakit hati di masa lalu.

Meski harus menggelindingkan kursi rodanya di tengah- tengah orang berpenampilan trendi dan gagah, serta menggandeng pasangan yang cantik luar biasa, Suta tidak berkecil hati. Dengan ekspresi wajah keras dan kaku, ia berusaha masuk ke lift khusus untuk penyandang disabilitas, didampingi salah satu staf hotel yang berdiri berjarak tiga langkah di belakang kursi rodanya.

Pak Gun menyingkir entah ke mana.

Suta tidak mengizinkan pria itu ikut masuk bersamannya, lantaran tak ingin terlalu dipandang iba oleh banyak orang yang dengan terang- terangan menatapnya.

"Suta," Suta menoleh. Ia mengenali suara bariton itu. Milik Randi, salah satu sahabatnya. "Eh, gue nggak nyangka elo bakalan datang." Sambut pria itu.

Tiga bulan ini Suta memang menghindari untuk bertemu siapa pun. Bahkan termasuk para sahabatnya. "Lo udah baik?"

"Lumayan," pria itu mengangguk. Tetap dalam ekspresi datar dan dingin. "Sendirian?"

"As you see,"

Randi menggeleng. Senyum asimetris khas pria itu terkembang. Semenjak kecelakaan, tabiat Suta tak ubahnya seperti lansia kesepian. Mirip Mr. Frederickson dalam film animasi Disney Up.

"Lo sendiri datang sama siapa? Sama Karen?"

Randi tersenyum kecut. Semua tahu, hubungan Randi- Karen itu seperti lagu Hot N Cool milik Katy Perry. Kalau lagi Hot, mereka tak terpisahkan, mirip tahi lalat di kulit. Kalau lagi cool, bisa saja mereka pura- pura tidak saling kenal satu sama lain.

Sebenarnya, selain Randi, ada empat lagi sahabat Suta yang seharusnya juga ikut menghadiri acara ini. Ada Alfian, Kennan, Ezra, dan Garda.

"Alfian lagi ada di Aussie, sebab Alisa mau kawin. Kennan belum balik dari Spanyol, Ezra kayaknya bentar lagi datang. Garda, sama kayak lo. Belakangan hobi ilang- ilangan. Nah sekarang, gimana persisnya keadaan lo? Kenapa tiba- tiba lo mau muncul ke permukaan?"

"Nyokap nggak bisa datang. Elida nggak mungkin berada dalam satu acara dengan keluarga Adhityawarman." Ujar Suta datar. Mereka ditempatkan di meja yang sama.

"Iya sih. Gue rasa, nyokap lo juga harus bertenggangrasa. Mengingat kejadian lima tahun lalu. Dan hubungan keluarga lo dengan keluarga Sung, memang nggak bisa diabaikan."

Sebenarnya, Suta malah tidak begitu kenal dengan keturunan Sung. Hanya saja, dulu Gandhik Wiratsana bermain golf dengan Patrick Sung, mereka juga punya kerjasama bisnis di bidang property, membuat salah satu dari keluarga Wiratsana harus setor muka.

Saat tengah asyik mengobrol dengan Randi, tiba- tiba terdengar kehebohan dari arah pintu masuk. Lampu- lampu blitz dari kamera paparazzi yang khusus diundang untuk meliput acara ini, berkilatan tanpa henti. Seperti kilatan cahaya petir di langit malam.

Miss Dandelion Where stories live. Discover now