Dua Puluh Tujuh

1.9K 333 32
                                    

Karena takut memberitahu Suta yang hadii ini ngambek tanpa sebab, bahwa dirinya ikut senam hamil, akhirnya Laras memutuskan untuk pergi sendiri. Dia minta tolong di antar Danu pergi ke tempat praktik pribadi dokter Rio.

Begitu sampai, ia keheranan karena melihat banyak lelaki di sana. Rupanya, kali ini adalah sesi berpasangan. Wajar saja, Laras baru ikut hari Sabtunya. Rabu dia masih ragu. Maju mundur. Mau ikut atau tidak.

Seorang perempuan muda melihat Laras yang sedang celingukan dengan tampang bingung. "Kenapa, Mam?"

"Ini.... berpasangan ya, Mbak?"

Si perempuan yang mengenakan kaus warna kuning pucat dan celana putih, tersenyum. Gigi- geliginya yang tampak putih dan rapi,  mengintip  dari balik bibirnya yang lebar, menyapa Laras dengan ramah. "Iya, Mam. Kalo Sabtu, emang sesi berpasangan." Perempuan itu menjelaskan.

"Pasangan Mbak?"

"Pacar saya lagi beli minum." Laras mengangguk kaku.

"Jadi.... saya juga harus bawa pasangan saya?"

"Iya. Memang, Papa bayinya ke mana?"

Ngambek.

Ya. Tadi Suta memang ngambek. Makanya memilih pergi bareng teman- temannya. Main tennis atau apa. Sejak pukul tiga sore.

"Kalo nggak bawa pasangan gimana ya, Mbak? Suami masih main tennis. "

Si mbak menatap Laras dengan iba. "Sayang banget. Madeleine biasanya emang baik. Tapi kalo nggak patuh instruksi, dia bisa bete banget. " Perempuan itu mengangkat bahunya dengan gestur apa- boleh- buat.

Laras mendesah kesal. Sudah sampai sini masa batal ikut senam. Dia tidak mau pulang ke rumah dan membebani pikirannya dengan Suta yang belakangan sering banget ngambek entah kenapa.

Belakangan  ini, begini rutinitas mereka setelah makan malam;  pertama- tama, mereka akan masuk ke kamar untuk tidur malam. Lalu, Laras akan berganti pakaian dengan salah satu koleksi dasternya yang sebenarnya longgar itu. Tapi entah kenapa, Suta selalu manyun kalau melihat sang istri dalam balutan daster yang tak ada seksi- seksinya itu.

Lalu, Laras akan meraih buku tentang kehamilan yang sempat dibelikan Ratih tentang kehamilan. Membaca sambil mengelus perutnya secara ritmis. Sesekali ia menoleh ke arah Suta yang diam menekuri gawainya.

Terkadang Suta tertidur lebih dulu, lalu barulah Laras yang menyusul. Tapi belakangan, sepertinya kondisinya terbalik, Laras yang sering ketiduran lebih dulu.

Lalu besok pagi, ketika bangun, mood Suta sudah jelek banget. Ngamuk melulu. Cemberut. Sampai jadi bahan omongan di kantor.

Nah, tadi pagi juga begitu. Tapi karena sering terjadi, lama- lama Laras jadi tak heran lagi. Dia menganggap, bahwa itu mungkin kebiasaan Suta yang baru.

"Mam, " si perempuan tadi menyela lamunannya. "Tuh Madeleinenya udah datang. Eh, itu pacar saya!" Beuh! Perempuan ini memang beda banget ya. Secara tak langsung, dia barusan mengakui bahwa ia hamil anak pacarnya. Bukan suaminya. Padahal, kalau dilihat- lihat, umurnya lebih tua ketimbang Laras.

Tapi pacarnya bule sih. Ganteng banget macam Ewan McGregor. Cowok dalam The Island sama Star Wars itu.

Si Mas Ewan kemudian menyerahkan sebotol air mineral pada perempuan itu, setelah tutupnya dibuka. Saat perempuan itu menenggak minumannya, Si Mas Ewan tak ragu mengelus puncak kepalanya. Gestur yang sangat manis.

Begitulah hubungan yang didasari dengan cinta. Pasangan pasti tak ragu- ragu untuk menunjukkan bahasa  dan gestur bahwa mereka saling mencintai. Melihat hal itu, Laras hanya bisa gigit jari.

Miss Dandelion Where stories live. Discover now