Dua Puluh Dua

1.4K 261 31
                                    

Kalo emang masih sebulan lagi, lo  masih bisa nikung tuh, Sut.

Masih terngiang- ngiang dengan jelas di kepala Suta tentang komentar gila Kennan tadi. Acara makan- makan itu berlangsung tegang. Seperti dalam lukisan The Last Supper, saat itu Suta merasa dirinya pasti akan dibantai.

Felisha dan Garda memang tak punya malu, menunjukkan kemesraan mereka di depan umum. Terlebih di depan Suta dan teman- temannya.

Melihat hal itu, Ezra yang tak peduli mendiamkan saja dan lebih asyik makan. Sementara Alfian yang paling dewasa mencoba bersikap netral. Walau dia menanggapi setiap kata- kata Garda dan Felisha dengan dingin. Kennan ceria seperti biasanya. Sementara Randi berulangkali memperhatikan Suta dengan raut wajah cemas dan khawatir yang tak bisa disembunyikan. Sementara Alisha merasa tidak enak karena dirinyalah yang mengundang Garda.

Bagi Alisha, Garda adalah salah satu Abang-Abangnya. Dia juga tak ingin mereka jadi canggung begini. Dia menyayangi Garda sama besarnya seperti  ia menyayangi Suta atau Alfian dan Arkadia, kakak Alisha yang lain.

"Btw, istri lo nggak diajak aja tadi sih." Komentar Ezra tiba- tiba.

"Lagi nggak bisa. Jemput adiknya ke stasiun. "

"Lo kenal di mana sih si.... siapa tadi namanya, Ken?" tanya Ezra pada adiknya.

"Laras,"

"Iya. Si Laras- Laras ini kenal dari mana?"

"Dia sekretaris gue."

"Sori sebelumnya, tapi yang aku lihat dia itu bukan tipe yang bakalan kamu nikahin deh, Suta!" Felisha menyambar dengan gaya menantang. Dia hanya ingin menjatuhkan Suta.

Walau telah memiliki Garda dalam genggamannya, Felisha memang tak bisa begitu saja membiarkan Suta mencecap kebahagiaan. Pria itu masih bisa jadi plan B baginya. Mengingat pria itu sepertinya masih tergila- gila pada Felisha.

Yang terjadi antara Felisha dengan Garda, bukanlah inisiatif dari salah satu pihak. Melainkan keduanyalah yang berperan aktif. Saling menggoda saat tak sengaja bertemu di sebuah lounge di SG. Awalnya keduanya hanya saling melempar pujian pada satu sama lain, lalu berakhir di kamar hotel. Semenjak itu, mereka tak terpisahkankan satu sama lain.

Felisha merasa Garda jauh lebih menyenangkan ketimbang Suta yang selama ini menurut Felisha terlalu banyak berpikir. Lain dengan Garda  yang punya pembawaan santai dan menyenangkan.

Ditambah lagi, Garda digadang- gadang akan mewarisi perusahaan tambang milik keluarga dari pihak ibunya. Karena Gatra, kakak sulung Garda tidak kunjung memiliki keturunan dari pernikahannya dengan si aktris.

Hal itu semakin membuat daya tarik Garda meningkat di mata Felisha.

Keluarga Felisha memang bukanlah keluarga miskin. Bahkan cukup berada. Ayah Felisha adalah pengusaha alat berat di Manado. Ibunya adalah seorang pengacara kondang. Sementara kakak sulung Felisha duduk di dewan direksi di sebuah  perusahaan semen di Makassar karena menikahi seorang gadis yang adalah pewaris perusahaan tersebut.

Singkat kata, dia memang tak kekurangan harta. Tapi memang sudah jadi tabiat manusia yang selalu ingin mendapatkan lebih dari yang sudah Tuhan jatahkan padanya. Felisha merasa ia harus mendapatkan yang lebih.

Bukan salahnya jika Garda pada akhirnya tertarik padanya. Mengingat ia sudah tak bisa bersama Suta lagi. Sejak kecil, orangtuanya menanamkan padanya tentang pentingnya jiwa kompetitif. Bahwa sebagai manusia, kita berhak mengejar dan mendapatkan yang terbaik. Jadi, Garda memang lebih baik dari Suta. Dengan gurita bisnis Senoadji dan Abdul Ghani yang bisa dibilang memiliki separuh tanah air, maka Felisha sudah mantap dengan pilihannya kali ini.

Miss Dandelion Where stories live. Discover now