Delapan Belas

1.4K 229 5
                                    


Alih- alih murka, atau marah, atau paling tidak kecewa, ketika tahu putranya menikah dengan seorang perempuan hamil yang baru dikenalnya, Ibu Suta malah menunjukkan perhatian pada menantunya.

Kerap kali Rosmala menelepon Suta hanya untuk menanyakan kondisi Laras dan kehamilan perempuan itu.  Suta sempat terheran- heran dengan sikap ibunya pada Laras.

Padahal, tujuan pria itu menikahi Laras, salah satunya adalah membuat Rosmala murka. Terusik ketenangannya. Andaikan saja ibunya memberi restu pada Suta untuk menikahi Felisha, pasti Suta sudah berbahagia dengan perempuan yang hingga kini masih sangat dicintainya itu.

Felisha adalah perempuan yang membuat Suta memikirkan sebuah hubungan yang serius untuk pertamakalinya. Felisha adalah nama yang ia inginkan bersanding dengan namanya pada kartu undangan pernikahan mereka. Ia ingin perempuan itu menyandang nama belakangnya.

Hanya saja jangankan nama belakang, perempuan itu bahkan telah mencatatkan namanya bersama nama salah satu sahabat Suta, yakni Garda Antasena Senoadji.

Pagi itu, Suta baru saja tiba di kantor. Ia melihat meja, ruangannya, berikut kopi sudah rapi dan tersedia. Ketika ia berangkat pagi ini, rupanya Laras sudah lebih dulu tiba di kantor.

Baru saja duduk di kursi kebesarannya, ponselnya bergetar. Dari Rosmala.

Sebenarnya Suta malas mengangkat panggilan itu. Rosmala pasti menanyakan Laras. Entah mengapa, Suta merasa bahwa keputusannya untuk menikahi Laras demi membuat ibunya murka, malah balik menyerang dirinya sendiri. Rasa sayang Rosmala pada Laras, kian hari kian tumbuh dengan suburnya.

"Gimana kondisi Laras sama janinnya, Ta?" pertanyaan pertama Rosmala sudah membuat Suta dongkol bukan main. Pria itu bahkan berdecak sebal.

"Ibu nelepon aku cuma mau nanyain kabar menantu  Ibu? Kenapa nggak tanya orangnya sendiri saja. Punya nomor teleponnya, kan?"

"Ibu sekalian ngecek kondisimu. Kamu baik, kan?"

"Seperti yang ibu dengar,"

"Suta, Ibu minta buat kali ini, kamu beneran sama Laras. Paling enggak jangan permainkan dia selama jadi istrimu. "

"Kenapa Ibu getol banget bela dia, sih, Bu? Ibu tahu kan Laras sudah hamil anak pria lain saat aku menikahinya? Kenapa Ibu malah jadi sayang banget sama dia?!"

"Kamu tahu, bahwa nasib kami sama, Suta. Ibu dulu juga hamil dan pergi dari ayahmu. Saat itu, ayah sudah punya ibunya Elida. Ibu nggak kuasa merusak pernikahan mereka lalu ibu pergi. Sama kasusnya kayak Laras. Lelaki yang sudah menghamili dia itu sudah berkeluarga. "

Deg!

Sebenarnya, Suta belum pernah mendengar fakta ini. Dia pun belum pernah bertanya pada Laras, tentang siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Yang ia tahu, perempuan itu hamil di luar nikah. Dan ia berasumsi, kemungkinan orang yang satu kantor dengannyalah yang menghamili perempuan itu.

Tapi bukan berarti orang itu masih lajang juga. Bisa jadi, sebenarnya dia adalah seorang pria menjijikkan dengan tiga anak yang masih kecil-kecil.

"Ibu bukan mau menoleransi perbuatan seperti itu, Suta. Bagaimana pun juga, hamil di luar nikah nggak pernah dibenarkan dalam agama atau budaya Timur yang kita anut. Kamu menikahinya Ibu nggak melarang. Sama juga kalo ternyata pada akhirnya kamu akan mengakhiri pernikahan itu dengan Laras. Ibu juga nggak akan melarang kamu untuk melakukannya. "

Miss Dandelion Where stories live. Discover now