Dua Puluh Sembilan

1.7K 292 22
                                    


Hari Sabtu depannya, setelah senam hamil yang semakin seru dan mengeratkan hubungan Laras dengan Suta, Rosmala meminta pasangan itu untuk bertandang  ke Depok.

Rencananya mau ada acara pengajian. Sekalian Ibu Suta mau membuat syukuran kehamilan Laras yang sebenarnya sudah lewat.

Meski ia pun tahu, bahwa yang ada dalam kandungan menantunya itu bukanlah cucunya, namun Rosmala merasa bersyukur, karena feeling nya terbukti benar, bahwa bersama Laras, Suta kini berubah jauh lebih baik.

Harusnya, syukuran itu sendiri digelar sebulan yang lalu. Bertepatan dengan usia janin empat bulan dalam kandungan.

Hanya saja, Rosmala merasa bahwa ia tak seharusnya ikut campur urusan pribadi menantunya itu. Kali ini, berhubung rumah Rosmala mendapatkan giliran untuk menggelar acara pengajian rutin mingguan, maka mertua Laras itu menelepon menantunya untuk meminta izin menggelar syukuran kehamilan Laras.

Sementara selamatan di Wates, rumah Laras juga sudah digelar segera setelah Ratih kembali ke Jogja.

Tentu saja ibu Laras amat kaget mendengar cerita yang disampaikan putri ketiganya itu. Namun ia berpikir praktis saja. Segera si Ibu pergi ke pasar keesokan harinya dan memasak untuk syukuran empat bulan kehamilan putri sulungnya.

Pak Wiyono, Bapaknya Laras hanya berpesan pada istrinya supaya banyak - banyak mendoakan si sulung dan jabang bayinya agar sehat dan selamat hingga kelak lahir ke dunia.

****

Laras mengajak serta Mbak Ermin untuk turut serta ke Depok, padahal, Suta berniat mau berdua- duaan saja dengan Laras. Langsung saja muka pria itu auto- cemberut berat. Yang tadinya niat nyetir ke Depok sendiri, jadi terpaksa pakai Pak Gun buat nyetirin.

Percuma juga! Tidak bakalan bisa pacaran sama Laras ini.

Seperti biasa, Mbak Ermin memang tidak pernah bisa diam. Ditambah dengan kehadiran Laras dan Pak Gun, suasana mobil jadi mirip rombongan study tour anak SMA. Suta yang malas ikut berpartisipasi dalam obrolan,  akhirnya malah tertidur lama di perjalanan.

"Pak Suta mah sekarang meuni beda pisan yah!" Ermin nyeletuk tiba- tiba. Laras hanya menanggapi dengan senyuman tipis.

"Beda gimana?" Pak Gun menyahut sambil lalu. Saat itu, Suta memang tidur sambil menutup telinga dengan earbuds. Jadi Pak Gun berani menyahut. Bersekongkol dengan Mbak Ermin ikut bergosip.

"Kayak lebih bahagia gitu mukanya. Banyakan senyum..."

"Memangnya dulu enggak?" Laras tak tahan untuk tak menimpali obrolan itu. Belakangan ini, segala sesuatu tentang Suta memang membuat Laras tertarik. Seperti seorang gadis yang tertarik pada kakak kelas di sekolahnya. Segala tentang Suta ingin dicari tahu olehnya.

"Dulu mah juga senyum atuh Mbak Laras. Tapi beda. Dulu dia kaku gitu senyumnya.  Mirip kawat jemuran. Kayak senyum artis- artis di tipi gitu. Kalo sekarang mah kayak senyumnya tulus gitu. Kita jadi seneng ngelihatnya. " Pungkas Mbak Ermin, yang kemudian mengerling ke arah Pak Gun. "Ya kan, Pak Gun?"

"Oke aja!"

Mereka semua tertawa.

****

Sesampainya di rumah Rosmala, suasana rumah itu sudah sepi. Ibu Suta itu hanya tinggal dengan satu orang asisten rumah tangga, sopir dan dua sekuriti yang berjaga-jaga bergantian.

"Kamu kayaknya cape banget deh, Ras. Langsung tidur aja. Kamarnya ada di dekat ruang makan situ. Mbak Ermin bantuin Laras dulu. Suta, ibu mau ngomong sama kamu."

Cara Rosmala memberi instrusksi pada semua orang terkesan seperti seorang komandan yang sudah lama menguasai areanya. Menunjukkan bahwa dialah ratu dari rumah itu.

Miss Dandelion Where stories live. Discover now