Enam Belas

1.4K 212 22
                                    

Laras tidak mengerti, mengapa ia harus berurusan dengan ini semua. Membeli ranjang di IKEA.

Jadi, sang suami punya ide yang menurut beliau amat brilian yaitu membeli ranjang baru berukuran empat. Alias 140x 180 sentimeter. Meski Suta tak menjelaskan untuk apa ranjang tersebut, Laras sangat paham, bahwa pikiran pria itu mengarah pada kejadian tadi pagi.

Tidur seranjang dengan seorang perempuan walau sudah jadi istri sah itu memang bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele.

Laras sama sekali tidak merasa harus tersinggung, ketika memahami bahwa Suta tidak ingin menyentuhnya.

Wajar saja hal itu terjadi. Siapa yang bernafsu pada wanita hamil, lebih- lebih, bayi yang ada dalam kandungannya saat ini bukanlah milik Suta. Tidak ada tempat dan waktu untuk merasa tersinggung.

Bahkan, Laras merasa bahwa pengaturan tidur yang ternyata jauh lebih rumit ketimbang membahas tentang bom nuklir ini terasa amat ganjil baginya.

Seharusnya, mereka tidur di kamar terpisah. Namun, karena Suta merasa bahwa tak seharusnya perempuan hamil yang baru saja selamat dari kemungkinan keguguran, tak seharusnya naik turun tangga, maka pria itu bermurah hati untuk menempatkan Laras satu kamar bersamanya.

Dan rupanya, itu adalah resep bencana. Keberadaan Laras di IKEA Alam Sutera ini adalah guna menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan nantinya.

Laras akhirnya memilih ranjang warna ungu lilac. Ia membayar menggunakan kartu debit yang diberikan Suta setelah pernikahan mereka. Perut Laras rasanya tergelitik ketika memandangi benda itu. Dia bukan perempuan yang miskin- miskin amat. Buktinya, dia masih bisa membayar obgyn semahal dokter Rio.

Hanya saja menerima pemberian seorang pria yang punya status sebagai suami, terasa begitu jauh bagi perempuan itu. Dulu, sewaktu masih bersama Satria, ia tidak pernah berpikir sampai ke arah sana. Maksudnya, ia tak pernah membayangkan bahwa Satria akan memberinya uang setiap bulan untuk keperluan rumah tangga.

Sejak kecil, Laras diajari untuk mandiri. Ibunya selalu berpesan, bahwa meski suami bekerja, istri juga harus punya pegangan. Supaya ketika suatu saat ada kondisi darurat, ada tabungan yang bisa ditoleh. Digunakan saat- saat genting.

Setelah ke luar dari IKEA, Laras meminta Danu untuk mampir ke toko buah. Ia ingin mulai minum jus buah untuk menggantikan kopi yang biasanya ia minum.

Dokter melarang Laras untuk mengkonsumsi kafein secara berlebihan. Ia juga dilarang minum jus kemasan. Yang lebih menyiksa adalah, ia sudah tak boleh makan mie instan sama sekali.

Padahal, mie instan dengan irisan kol dan sawi, serta cabe rawit dan ditambah telur adalah obat galau paling manjur bagi Laras.

Sekarang, dia harus puas dengan mi tek- tek pakai mi telur yang menggunakan bumbu alami seperti bawang- bawangan.

Saat sedang mencium jeruk, ponselnya bergetar. Tangan Laras langsung merogoh ke dalam saku blazernya.

Alisnya berjinjit ketika mendapati nama suaminya di layar gawai itu. "Kamu beli kasurnya di Honolulu ya? Lama amat!"

"Ini lagi di toko buah."

"Cepat balik. Kerjaan numpuk. Sebentar lagi, harus meeting sama bagian buyer, sama keuangan juga!"

"Ya, Pak." Ujar Laras sabar. "Ada lagi?"

"Saya belum makan siang." Ujar Suta terdengar merajuk. "Dan ini semua gara- gara kamu. "

"Kan ada Fitri, Pak. Mbak Dartik juga."

"Yang istri saya itu Dartik apa kamu?"

"Ya, Pak. " Laras menghela napas. " Mau makan apa? Nasi padang mau?"

Miss Dandelion Where stories live. Discover now