Tiga Puluh Satu

1.6K 324 60
                                    


"Semenjak kamu pergi, banyak yang terjadi kepada saya Laras. " Ucap Gatra sebagai permulaan.

Keduanya, Gatra dan Laras, kini duduk di kursi makan besar berbentuk lonjong yang terbuat dari satu kayu sonokeling utuh. Ada dua belas kursi yang mengelilingi meja itu. Gatra duduk di kepala meja. Sementara Laras duduk di sampingnya. "Vega minta supaya kami memperbaiki pernikahan."

"Bagus buat Pak Gatra."

"Itu hanya bagus buat dia."

"Mungkin seharusnya Pak Gatra memberikan kesempatan untuk Bu Vega. "

"Dia hamil."

"Seharusnya Pak Gatra bersyukur. Bukannya sejak dulu Bapak ingin punya anak?"

"Tapi itu bukanlah anak saya." Ia terdiam sejenak. Memberi efek menegangkan di ruangan itu. "Dua bulan lalu, ada kehebohan. Sex tape Vega dengan aktor dan model Nicholas Alcazar, tersebar di internet."

Laras tidak bisa tidak tercengang. Sex tape? Rekaman video seks? Mau tak mau, ia jatuh iba. "Keluarga saya dan keluarga Vega meminta saya untuk membereskan masalah itu. Saya mau membereskannya, akan tetapi dengan satu syarat, bahwa saya bisa menceraikan dia."

Di titik ini, Laras masih tetap belum menanggapi cerita Gatra. Meski dalam hati ia ikut bersimpati. Laras tahu, Gatra orang baik. Di luar ia telah mengkhianati pernikahannya dengan sang istri, namun selama menjadi sekretaris pria itu, Gatra jarang mau meladeni perempuan iseng yang menghubunginya.

Dulu bahkan, sempat ada seorang perempuan muda yang nekat mengirimkan celana dalam dan bra bekas pakai ke pada pria itu, yang dikirim lewat kurir dalam bentuk paket.

Gatra memang tidak mudah tergoda dengan tindakan agresif para perempuan itu. Buat apa? Dia sudah punya istri yang demikian cantiknya. Seorang aktris dan model terkenal dengan kecantikan setara Nadya Hutagalung sewaktu muda! Hanya saja wajar bila sebuah pernikahan berubah hambar di tengah-tengah jalan.

Dan kebetulan, Laras ada dalam posisi terdekat dari Gatra. Laras juga orang yang humble dan telaten mendengarkan curahan hati Gatra. Mereka terbawa suasana.

"Awalnya mereka setuju sama kesepakatan yang saya bikin, tapi sewaktu sebulan kemudian Vega datang dan menangis- nangis karena dia baru tahu bahwa dirinya sedang hamil, ibu saya memaksa saya untuk tetap bersamanya. "

"Meski ibu Pak Gatra tahu bahwa yang ada dalam kandungan Bu Vega bukan anak Bapak?"

"Ya," dia mengangguk. "Ya. " Seperti orang linglung.

"Kenapa bisa begitu, Pak?"

"Klasik saja, Laras. Kakek Vega yang adalah jenderal zaman orba, adalah salah satu investor perusahaan keluarga saya. Lebih tepatnya usaha pertambangan milik keluarga ibu saya. "

Jantung Laras mencelus. "Saya tidak punya pilihan."

"Karena Bapak masih mencintai Bu Vega?"

"Saya juga mencintaimu. Apalagi itu..." Mata Gatra nyalang menatap ke perut Laras yang membuncit dibalik terusan kerjanya. "Bukankah itu milik saya, Laras?"

Laras membalas dengan mengacungkan jari manisnya yang dilingkari cincin berlian tunggal 17 karat pemberian ibu mertuanya. "Saya juga sudah menikah, Pak. Bayi ini sudah ada ayahnya."

"Apa?!" Gatra berseru dengan nada tinggi. "Bagaimana hal yang seperti itu bisa terjadi?! Pria mana yang lancang melangkahi saya, Laras?"

"Dia sekarang suami saya. " Jawab perempuan itu dengan tenang. "Nggak ada gunanya lagi mengungkit- ungkit ini bayi siapa. Sekarang Bapak sudah mendapatkan Bu Vega kembali. Saya juga mendapatkan ayah untuk bayi ini. "

Miss Dandelion Where stories live. Discover now