Chapter Six

3.4K 268 23
                                    

"Put your wings on me, wings on me. When I was so heavy." – Coldplay

-

-


Aku tak berani bertanya tentang kemana dia akan membawaku pergi. Aku bungkam di balik punggungnya selama dia memboncengku dengan sepeda motornya. Thomas juga tak mengatakan apapun padaku, jadi aku membiarkan deru angin menengahi ketenangan diantara kami.

Ketika aku menyadarinya, Thomas membawaku melewati jalan yang berhadapan langsung dengan laut. Suara deburan ombak terdengar jelas bahkan dari jarak yang cukup jauh dari bibir pantai. Burung-burung camar terbang melintasi kami. Cahaya matahari terpantul dari permukaan air yang beriak, membentuk partikel-partikel seperti berlian yang menyebar di atas lautan. Aku tak ingat kapan terakhir kali aku pergi ke pantai. Rutinitasku membuatku melupakan banyak hal yang kuinginkan untuk diriku sendiri.

Thomas menghentikan motornya di area parkir. Kami turun, lalu berjalan kaki mendekati bibir pantai. Aku tau pantai ini, aku pernah ke sini.

"Pantai Hermosa?" tanyaku ketika aku berjalan di sampingnya.

Thomas mendahului langkahku agar dapat melihat wajahku tepat di hadapannya. Dia tersenyum, merentangkan tangannya sambil melangkah mundur. "Selamat datang di rumah."

Senyumku ikut mengembang ketika melihatnya yang berjalan begitu santai, juga rambut cokelatnya yang diacak dengan sengaja oleh angin. Dia menyapa segelintir orang yang berpapasan dengannya, bahkan beberapa menyapanya lebih dulu. Aku memperhatikannya, apa orang sepertinya tidak memiliki beban yang berarti? Apa kehidupannya memang sebaik itu?

"Kau kelihatannya terkenal sekali," ucapku.

"Aku salinan James Dean era modern, kau tau?"

Aku meringis geli menanggapinya. "Kenapa kau bawa aku kesini?"

"Ada sesuatu yang disebut meditasi."

Aku menaikkan alisku. "Meditasi?"

"Seluruh perasaan emosionalmu, kesedihanmu, patah hati, kegelisahan.. kau butuh sesuatu untuk melepaskan mereka. Itu berarti kau butuh meditasi."

"Oh benarkah?" aku menelengkan kepalaku, menatapnya skeptis. Kini langkah kami sudah dapat mencapai jangkauan debur ombak yang bergulung rendah.

"Tutup matamu," katanya. Aku memicing padanya sebelum akhirnya aku setuju menuruti perintahnya. "Lalu?"

"Tarik nafas, keluarkan. Lakukan berulang dengan perlahan. Rileks."

Aku menarik nafasku perlahan-lahan, kemudian menghembuskannya. Tubuhku benar-benar rileks, merasakan atmosfir di sekitar pantai. Dalam keadaan mata tertutup, keempat inderaku rasanya menjadi lebih tajam. Telingaku dapat menjangkau suara ombak, suara gumaman alamiah orang-orang yang tidak jelas. Kulitku serasa dipijat pasir basah, juga bau garam laut yang menyergap hidungku.

"Namun sebelum kau memulai segalanya, kau harus mandi."

Aku mengerutkan dahi, "mandi.. apa?"

Tiba-tiba tubuhku basah, merasakan cipratan air yang dibiaskannya. Ketika aku membuka mata, aku melihat Thomas yang memercikkan air laut padaku sambil tertawa-tawa tanpa dosa di wajahnya.

Aku merengut. "Meditasi macam apa ini?!"

"Ayolah Jane, kau pikir aku tidak tau kau belum mandi?"

Aku membuka mulut untuk membalasnya, tapi aku hanya berakhir tergagap karena dia memang benar. Aku menatap tajam padanya, menautkan kedua alisku pertanda perang, dengan susah payah menahan senyum di bibirku. "Aku akan membunuhmu!"

BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang