Chapter Twenty-One

1.8K 146 3
                                    


"How often people change? No two remain the same. Why things don't always turn out as you planned?" - Coldplay

-

-

Thomas membukakan gerbang hitam di hadapanku. Dia memasuki pekarangannya yang luas, kemudian aku mengekorinya. Rumah itu bercat putih besar dengan kesan seperti Gedung Putih bagiku. Aku tak tau ini rumah siapa, atau tempat apa, Thomas membawaku ke sini begitu saja. Seperti yang selalu dilakukannya, mengajakku pergi ke suatu tempat tanpa pernah memberitahuku kemana dia akan membawaku.

Tapi aku menyukainya. Dia mengejutkanku. Dalam artian yang bagus.

Tak lama setelah bel dibunyikan, pintu putih itu terbuka. Seorang gadis bertubuh kurus dan mungil keluar dari balik sana. Rambut cokelat panjangnya diikat kuda, menunjukkan garis rahangnya yang tegas. Mata hijaunya yang sayu terlihat berbinar ketika melihat kedatangan kami. Lebih tepatnya, mungkin, karena melihat kedatangan Thomas.

"Datang di waktu yang tepat, Thomas," sambutnya penuh senyuman. Kemudian pandangannya berpindah padaku yang sedang berdiri canggung di samping Thomas. "Dan kau membawa seorang teman."

Areal matanya yang kehitaman seakan menembus tajam ke dalam mataku. Aku mendapati telinga kirinya yang terdapat tiga buah tindikan, dan dua buah lainnya pada sebelah kiri. Meski penampilan gadis itu terlihat gelap, namun senyuman dan nada bicaranya yang menyenangkan membuatnya cantik secara misterius. Dan mengaguminya membuatku tertegun selama beberapa saat. Jadi aku berdeham, dan mulai bicara. "Uhm, hai.. Aku Jane."

Aku mengulurkan tanganku lalu dia menyambutnya. "Halo, Jane. Aku Maddie. Kau punya warna kulit yang bagus, omong-omong."

"Oh," dia memujiku duluan dimana seharusnya aku memujinya. "Terima kasih."

Tapi rasanya, aku tak asing dengan wajah gadis ini.

"Tommy!" suara nyaring itu berasal dari balik pintu. Makhluk mungil setinggi tiga kaki itu membuka pintu dengan lebar. Mata hijau bulatnya mirip dengan Maddie. Rambut cokelatnya dikuncir kuda dengan pita merah muda, senada dengan gaun yang ia kenakan. "Kau datang!"

"Lihat gadis kecilku, Sam! Bagaimana kabarmu, uh?" Thomas membungkuk dan memeluk gadis kecil itu, kemudian menggendongnya. Thomas menggoda Sam dengan mengangkat-turunkan lengannya hingga gadis itu terkikik geli.

"Well, lebih banyak orang lebih baik. Empat orang sukarelawan sudah lebih dari cukup. Kau lumayan cerdas juga," kata Maddie pada Thomas.

Aku mengerutkan dahiku. "Tunggu, tunggu.. sukarelawan apa?"

***

Keluarga Wilde memiliki tiga ekor anjing dengan jenis yang berbeda di halaman belakang mereka. Seekor anjing golden retriever bernama Ben, seekor Alaskan malamute bernama Alice, dan seekor American Alsatian bernama Peter. Ketiganya memiliki kisaran usian yang tak jauh dari tujuh sampai delapan tahun. Ukuran tubuh mereka besar-besar, hingga ketika mereka berdiri, tingginya mampu melampaui tubuhku.

Maddie bilang padaku bahwa ketiga anjing ini dibeli sebagai hadiah ulangtahun oleh kakak tertua mereka, Maggie, dan atas pilihan mereka masing-masing. Kakak-beradik Wilde biasa memandikan mereka bersama setiap minggu pagi, yang entah bagaimana pada pagi ini Maggie tidak ada di rumah karena suatu urusan. Yang entah bagaimana, Thomas akhirnya ikut dalam kegiatan keluarga mereka.

Yang entah bagaimana, aku ikut serta juga.

Jika kau ingat Maddie menyinggung soal sukarelawan, well, maksudnya adalah sukarelawan untuk membersihkan anjing-anjing ini. Dan aku menjadi salah satu sukarelawan itu.

BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang