Chapter Thirty-Two

1.7K 163 4
                                    

"I think of you. I haven't slept. I think I do. But, I don't forget." – Coldplay

-

-

Pelayaran itu terganggu badai beserta angin kencang yang menghantam kapal mereka. Meskipun begitu, tak ada satupun yang terluka. Semua orang selamat. Kapal yang dikendarai mereka juga baik-baik saja.

Tapi Tonny tidak baik-baik saja. Jantungnya yang lemah tak mampu bertahan melawan guncangan badai yang cukup besar. Tonny kehilangan nyawanya pada pelayarannya di bulan Agustus. Jasadnya dibawa pada keesokan harinya dan dimakamkan di dekat makam kedua orangtua Thomas. Pemakamannya dihadiri banyak sekali orang, sebagian besarnya tentu tidak kukenal. Beberapa dari mereka adalah para tetangga, rekan-rekan berlayarnya, kerabat dekat, bahkan teman lama. Kabar duka darinya menyebar dengan cepat. Begitulah, ketulusan tak akan bisa dibohongi. Orang baik terkadang tidak bisa dilihat dari apa saja yang telah dilakukannya, tetapi bagaimana banyaknya orang yang peduli terhadap apa yang telah dilakukannya. Dan ketulusan Tonny terhadap orang-orang yang kini hadir, membuat makamnya ramai dengan simpati.

Aku turut menemani Thomas mengurus pemakamannya. Hubungan kami mungkin sedang tidak baik, tapi menjadi lain urusan jika ini untuk Tonny. Ava dan suaminya, George, juga datang untuk ikut membantu. Ava masih secantik yang kuingat dulu, tapi air mukanya berbeda, terlihat lebih matang dan dewasa.

Keluarga Wilde juga hadir. Aku menemukan sosok Maggie diantara kedua adiknya. Maggie menemukanku yang sedang memandang ke arahnya. Aku membuang pandangan, berpura-pura tak melihat, tapi Maggie malah memperhatikanku. Mau tak mau, aku balas memperhatikannya juga yang terlihat cantik di tengah-tengah suasana duka. Tak lama setelah itu, dia tersenyum tipis padaku tanpa mengucap sepatah katapun.

Diana juga ada di sana. Berdekatan dengan Thomas. Aku sedang tak terlalu peduli dengan kehadirannya di sana. Itu bukan urusanku. Lagipula, dibandingkan dengan kekecewaanku terhadap mereka berdua, ada urusan yang jauh lebih penting.

Aku juga mengabari Mom tanpa bermaksud mengundangnya. Dia tidak bisa bertemu Thomas dalam keadaan seperti ini, setidaknya bukan seperti ini yang kuharapkan. Dan kebetulan sekali Mom tidak bisa datang, beliau menyampaikan ungkapan turut berduka citanya melaluiku.

Aku memandangi Thomas yang berdiri di seberangku ketika proses penguburan dilaksanakan. Wajahnya sepucat batuan pualam, juga bernuansa keabuan. Matanya memerah, tatapannya kosong mengarah pada peti yang masuk ke dalam liang lahat. Thomas terlihat menyerupai zombi. Tapi dia tidak menangis, atau mengeluarkan ekspresi sedih manapun yang bisa ia tunjukkan. Dia juga enggan menyampaikan pidato, yang akhirnya digantikan oleh Ava. Thomas hanya diam terpaku, memandang kaku sekelilingnya.

Ketika prosesi selesai, orang-orang menyalami Thomas, berbelasungkawa. Thomas bersikap hampir normal, meski hanya sedikit sekali bicara. Aku hanya memperhatikannya dari kejauhan, berharap dia baik-baik saja ketika seseorang dari balik punggungku memanggil namaku.

"Jane," Ava memanggilku ramah. George juga berdiri di sampingnya. "Kami akan pamit."

Wanita muda itu memelukku. Ava beberapa senti lebih tinggi dariku, ditambah lagi dari sepatu berhak tinggi yang dikenakannya. Aku membalas pelukannya. "Aku turut berduka."

"Terima kasih banyak, Jane," bisiknya lembut. "Terimakasih banyak karena kau telah ada di sini. Untuk Tonny, dan juga untuk Tommy."

Aku tersenyum lemah, dan kupejamkan kedua mataku. Untuk Tonny dan untuk Tommy, aku mencintai mereka berdua.

***

Rumah begitu berantakan. Diana menemani Thomas hampir sepanjang hari, tapi dia tidak banyak membantu apapun, setidaknya bagiku. Dapur penuh cucian piring dan gelas kotor, bahkan beberapa di antaranya tergeletak dimana-mana. Lantai berdebu, serta benda-benda yang tidak tertata lainnya. Aku terlalu lelah untuk membersihkan keadaan rumah yang kacau malam ini. Rumah sepi tanpa Tonny. Aku tidak pernah menyangka jika saat itu di dermaga, adalah terakhir kalinya aku bisa melihat senyumnya secara langsung, secara hidup.

BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang