Part 9

135K 11.1K 779
                                    

Ada yang bisa nebak "Za" itu siapa?

Menurut kalian siapa yang cocok untuk menjadi cast Erlan?

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading

***

Pintu rumah yang menjulang tinggi itu terbuka, Ara masuk ke dalam rumah dengan mengendap-ngendap. Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, gara-gara ia menemani Cacha yang dirumah sendirian ia jadi ketiduran dan lupa mengabari Erlan. Pasalnya laki-laki itu tidur dari jam 6 sore namun tak mendapat kabar dari Erlan membuatnya berpikir bahwa Erlan tidak bangun pada malam hari, pembantu rumah mereka juga mengabari jika Erlan tidak turun untuk makan malam. Ara perlahan melangkahkan kakinya menaiki tangga, saat ingin memasuki kamarnya,

Tek!

Lampu menyala, Ara melebarkan matanya kala melihat Erlan yang berdiri bersidekap dada menatapnya tajam.

Oh tidak, habis kau ara!!

"Darimana?" tanyanya dengan suara tegas.

Ara gelagapan bingung untuk menjawab apa. "Eem itu anu h-hm"

"Aduh harus bilang apa ya?" Monolognya dalam hati.

Erlan memicingkan mata. "Sekali lagi saya tanya sama kamu. Darimana?!" Nada suara Erlan naik satu oktaf membuat Ara menegang.

"Ara abis dari rumah Cacha kak, Cacha minta aku nemenin dia karena orang tuanya lagi pergi. Eh aku ketiduran trus lupa ngabarin kakak." jelas Ara terbata-bata.

Erlan mengangguk.

"Kalo kamu ketiduran, kenapa pulangnya harus jam segini? Dan kenapa gak izin sama aku? Mau jadi istri durhaka kamu, Ra?!"

"Enggak, Ara pulang sekarang karena biar nanti kakak bangun tidur udah ada Ara terus bisa nyiapin setelan kantor kakak. Dan soal gak minta izin kamu, ya karena kakak tidurnya lelap banget, Ara gak tega buat bangunin." Ara menjawab tanpa ragu.

Namun Erlan masih menatapnya penuh selidik seakan tidak percaya dengan ucapannya.

Aduh semoga dia percaya deh.
Ara memutar tersenyum lugu kepada Erlan menutupi rasa takutnya.

"Hmm" Ara tersenyum lega akhirnya.

"Lalu kenapa GPS kamu mengarah ke gedung tua yang ada di dekat hutan hm." Tanyanya penuh selidik.

DAMN!

SIAL!!

BODOH ARA!

Ara terdiam kaku, ia bingung harus menjawab apa. "Itu bukan urusan kakak." Tegas Ara.

Erlan menatap tajam Ara.
"Bukan urusan saya?" Ia tersenyum sinis ke arah Ara membuat si empu yang ditatap menelan ludahnya melihat tatapan Erlan

"LANTAS SIAPA SAYA BAGI KAMU? LUPA DENGAN STATUSMU SEKARANG? SAYA TANYA, ISTRI MACAM APA YANG MASIH KELUYURAN JAM SEGINI, ARA?
BAHKAN KAMU GAK NGABARIN AKU YANG BERSTATUS SUAMI KAMU. KAMU ANGGAP APA AKU INI?" Bentaknya berapi-api.

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now