Part 38

76.5K 6.6K 388
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading!

***

3 Minggu kemudian...

Malam ini Erlan dan Ara memutuskan untuk berjalan keluar rumah. Hubungan mereka sejauh ini terlihat semakin dekat, bahkan sifat manja mulai keluar dari pria yang berstatus sebagai suami Ara, namun sifat manjanya akan keluar saat berada berdua saja dengan sang istri.

Saat ini mereka berada di dalam mobil, berkeliling mencari jajanan pinggir jalan yang diinginkan Ara. Erlan menoleh kesamping saat menyadari Ara yang menatapnya sedari tadi.

 Erlan menoleh kesamping saat menyadari Ara yang menatapnya sedari tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa hm?" Ara menanggapi hanya dengan senyuman. "Coba bilang, pasti ada maunya kayak gini." lanjut Erlan.

"Pinter," balas Ara terkekeh.

Tanpa sadar tangan gadis itu terangkat mengelus wajah suaminya, dipandangnya wajah tampan Erlan. Ara menyenderkan tubuhnya ke Erlan, entah kenapa akhir-akhir perasaannya menjadi sedikit was-was. Firasatnya mengatakan akan ada suatu hal besar yang terjadi nanti, Ara tau itu. Sekarang ia harus menyiapkan diri untuk hal besar itu agar tidak mengacaukan semuanya.

"Mau beli apa?" tanya Erlan saat mobil sudah berhenti di pinggir jalan yang sudah banyak terdapat para pedagang jajanan.

"Cilok." ucap Ara semangat.

"Let's go, Honey."

Erlan turun dan membukakan pintu untuk istrinya. Tempat ini adalah tempat yang sama dikunjungi Ara saat membeli cilok beberapa minggu yang lalu.

Ara tersenyum melihat pedagang cilok yang sempat ia kunjungi itu terlihat sepi namun sekarang banyak pembeli sampai mengantri untuk membelinya. Ara bersyukur melihat itu.

"Beli disana, Ara sempat beli dan rasanya enak." tunjuk Ara ke arah pedagang cilok yang ramai antrian itu.

"Kamu tunggu disini aja ya, disana ramai."

Ara menggeleng. "Ara mau ikut, ayo."

Ara menggandeng tangan Erlan menghampiri pedagang cilok yang mungkin akan menjadi langganannya.

"Mang, cilok dua bungkus ya." ucap Ara tersenyum.

"Lho, neng yang waktu itu kan?" balas pria paruh baya itu tersenyum hangat.

"Iya." Ara menyengir lebar dan menatap suaminya.

"Mamang apakabar?"

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now