Part 18

105K 8.9K 341
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading

***

Derap langkah kaki seorang pria berjalan dengan gagahnya memasuki rumah dengan masih menggunakan setelan jas kantornya.

Erlan, melangkahkan kaki ke arah suara berisik yang terdengar dari luar. Sesampainya di meja makan ia melihat Ara yang sedang dibujuk makan oleh sang Mami mertua.

"Ara gamau makan lagi, Mi?" tanya Erlan sambil membuka jas kantor dan menyampirkan di kursi sebelah Ara.

Zea mengangguk. "Iya nih, istri kamu susah banget disuruh makan. Katanya udah kenyang padahal belum makan
apa-apa."

"Kalo gitu biar El aja yang nyuapin Ara, Mami bisa istirahat dulu, dari pagi jagain Ara kan?"

"Yaudah kamu suapin Ara ya, Mami mau kebelakang dulu."

Erlan mengangguk mantap.

Selepas kepergian Zea, Erlan mengambil alih sendok dan mulai menyuapi Ara yang menekuk wajah kearahnya.

"Kenapa?" tanya Erlan menatap mata Ara.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa gamau makan."

Ara menggeleng. "Ara bukannya gamau makan, tapi lagi ga mood makan." Erlan berdecak mendengar jawaban dari istrinya.

"Emang apa bedanya gamau sama ga mood makan?"

"Adalah, kalo gamau itu bener-bener ga mau makan, tapi kalo ga mood itu bakalan makan tapi nanti kalo udah mood." ucap Ara setelah meneguk air minumnya.

Erlan mengangkat bahu acuh mendengar jawaban dari mulut istrinya, padahal yang diucapkan Ara menurutnya sama saja. Ia membiarkannya, percuma diteruskan Ara akan mempunyai seribu jawaban untuk menjawab ucapannya.

"Kak," ucap Ara tertahan, Erlan menatap Ara sambil menaikkan alis. "Hmm?"

"Besok temenin Ara belajar ya, senin depan kan udah mulai ujian." Ara menatap Erlan dengan pandangan memohon, kedua tangannya mencakup
di depan dada.

"Iya, boleh. Nanti aku temenin belajar, sekarang habisin makanan kamu trus minum obatnya ya."ucap Erlan lembut

"Siap bos." jawab Ara semangat.

"Ra," panggil Erlan menatap teduh istrinya. "Boleh aku minta sesuatu?"lanjutnya membuat Ara menghentikan kunyahannya dan beralih menatap Erlan bingung.

"Boleh, mau minta apa?" tanya Ara bingung.

"Kamu sekolah nanti sama bodyguard ya?" Ara membelalakkan mata, ia menatap Erlan tajam. "Maksud kakak?"

"Ya, kamu kalau udah mulai sekolah bakalan dijaga mereka. Disupirin kalo kemana-mana, gaada nyupir sendiri." jelasnya singkat.

"ENGGA!" sentak Ara membuat Erlan terkejut.

"Ara gamau dikawal kaya gitu, Ara juga gamau disupirin. Pokoknya nanti Ara berangkat sekolah naik mobil sendiri, TITIK!" geramnya kemudian berlalu dari ruang makan meninggalkan Erlan yang masih mematung mendengar ucapannya.

Erlan mengusap wajah kasar, ia meneguk air putih bekas Ara untuk meredam emosinya. Salahkah ia? Dia hanya tidak ingin hal buruk terjadi kepada istrinya, musuhnya banyak berkeliaran di luaran sana. Lantas salahkah ia memilih untuk melindungi, miliknya?

"Lo kenapa?" tanya Azka yang baru datang. "Ara?" tanyanya lagi yang diangguki Erlan

"Dia gamau dikawal bodyguard." jelas Erlan. Azka terkekeh geli. "Yaiyalah, dari kecil dia emang gamau dikawal-kawal kaya gitu. Makannya Papi nyuruh bodyguard ngawasin dari jauh tanpa sepengetahuan Ara."

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now