Part 16

115K 9.3K 525
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak
Happy reading

***

Pagi ini Erlan memutuskan untuk jogging di sekitar villa. Beberapa warga yang melihat Erlan menyapanya ramah, ada juga yang menawarkan untuk mampir ke rumah mereka.

Beberapa gadis yang mencuri-curi pandang ke arah Erlan namun laki-laki itu hanya acuh karena sudah biasa ditatap banyak gadis begitu. Tak jarang ada yang terang-terangan menggoda yang hanya ia balas tatapan datar, Erlan menghentikan langkah saat mendengar teriakan seseorang, ia menolehkan kepala melihat Ara yang berlari ke arahnya.

Hap!

Erlan menangkap tubuh Ara saat kaki gadis itu tak seimbang karena menginjak batu kecil.

"Hati-hati Ara." tegurnya.

"Maaf." Ara merapikan helai rambut yang menutupi wajahnya, gadis itu tersenyum manis, namun senyumnya pudar saat salah satu gadis menghampiri mereka dan mamandang Erlan dengan tatapan berbinar.

"Kang Erlan, akang masih ingat dengan saya?" tanya gadis itu merapikan rambut panjangnya

Erlan memicingkan mata lalu mengangguk pelan. "Gladys?"

Gadis yang bernama Gladys itu mengangguk semangat. "Iya kang, saya Gladys anak mbok Rumi." Senyum tak pernah pudar dari bibir gadis itu.

Gadis dengan baju berlengan panjang berwarna putih dipadukan dengan rok panjang berwarna hitam. Ia memiliki kulit putih dengan lesung di kedua pipinya terkesan manis.

Erlan mengangguk pelan.

"Ibu bapakmu apa kabar, Dys?" tanya Erlan yang mengenal orang tua Gladys karena mereka bekerja di kebun milik Daddynya.

"Baik kang, ibu sama bapak baik. Tante dan om gaikut kang?"

"Engga, saya kesini sama istri saja."
ucap Erlan datar menarik Ara agar lebih mendekat kearahnya.

Senyum di bibir Gladys perlahan pudar, ia menoleh kearah gadis yang berada di samping Erlan menatapnya dalam sesekali tersenyum tipis. Gladys baru menyadari kehadiran gadis itu, Cantik. Pantas untuk menjadi istri Erlan, pikirnya.

Gladys tersenyum tipis. "Halo, nama aku Gladys."

Ara mengangguk, menyambut jabatan tangan Gladys. "Ara, ISTRI ERLAN." ucapnya menekan kata Istri Erlan tanda kepemilikan.

Gladys tersenyum canggung ia segera berpamitan kepada sepasang suami istri itu lalu melangkah pergi sebari tersenyum tipis.

Ara memutar bola matanya melihat kelakuan gadis itu, ia melangkahkan kaki meninggalkan Erlan yang masih mematung. Erlan pun segera berlari menyusul Ara yang sudah jauh di depan sana.

***

Sesampainya Ara di villa, gadis itu berjalan ke dapur untuk memasak mie rebus sambil bersenandung ria. Jangan pikir kalau Ara cemburu melihat kedekatan Erlan dengan gadis yang menemui mereka tadi, Tidak. Ara bukan tipe orang yang begitu, lagipula ia sudah menjadi istri Sah Erlan jadi apa yang harus ia takutkan. Jika pun mereka bermain di belakang, ya tinggal bilang sama Daddy Arsen agar harta warisan untuk Erlan diberikan saja padanya, kejam memang.

Sedang asik mengaduk mie, Ara dikejutkan dengan tepukan di bahunya.

"Astaga!" kaget Ara, ia membalikkan badan dan menatap Erlan tajam.

"Kalau Ara jantungan gimana?" ucapnya marah.

Erlan menggeleng pelan lalu mengangkat bahu acuh.

ELARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang