Part 31

85.2K 7.4K 574
                                    

Jangan lupa tingalkan jejak!🕊
Happy reading

***
"Aku membenci perpisahan, namun aku menyadari bahwa setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Entah kapan, tapi ini menunjukkan sudah waktunya."-Ara

***

Acara demi acara telah terlewatkan, kini tibalah dimana acara pengumuman peraih nilai tertinggi ujian untuk kelas 12. Para murid terlihat risau, berdoa semoga nilai mereka memuaskan.

Berbeda dari teman yang lainnya, ketiga sahabat yang tak lain adalah Ara-Cacha-Adam, terlihat santai sembari mengobrol tanpa peduli dengan keadaan disekitarnya yang mulai tak kondusif.

"Pasti gue nih yang peraih nilai ujian tertinggi." Adam berucap ke-PDan.

"Gak salah lo Dam? Kerjaan bolos berharap dapet nilai tertinggi itu
gimana konsepnya?" timpal Cacha.

"Adam kebanyakan nge-halu."
timpal Ara juga.

"Yee.. gak percayaan banget lo berdua. Kalau gue dapet beliin mobil kayak
punya bang Erlan gimana?"

Cacha menepuk keras punggung Adam.
"Mimpi lo ketinggian sobat. Lo gak liat cewek disebelah kiri lo yang otaknya encer banget kayak air." Cacha melirik Ara yang tengah melambaikan tangan ke arah Azka.

Adam menyengir. "Kalau ini jangan ditanya lagi. Kayaknya dia sering
nyemilin buku deh, makanya pinter." Adam berucap asal.

Tapi tidak dipungkiri walaupun Adam nakal dan sering bolos, laki-laki ini termasuk golongan anak pintar yang sering menyumbangkan piala baik dalam bidang akademik maupun non akademik dalam pertandingan basket.

"Sembarangan." celetuk Ara yang memang mendengar obrolan mereka.
"Udah-udah, fokus. Kepala Sekolah udah naik podium tuh. Semoga aja salah satu dari kita ada yang dapet nilai tertinggi ya." Adam dan Cacha mengangguk kompak.

Suara Kepala Sekolah yang memberikan sambutan membuat para siswa-siswinya memfokuskan menatap ke depan. Jantung mereka berdebar mengharapkan dirinya berada di atas sana dan memegang piala yang dibawa oleh staf guru di belakang Kepala Sekolah.

"Morning all." sapa Pak Yosef selaku Kepala Sekolah.

"Morning." jawab murid serempak.

"Baiklah, yang ditunggu-tunggu akan segera saya umumkan peraih nilai ujian tertinggi tahun ini. Tanpa berlama-lama lagi, peringkat ketiga jatuh kepada Adam Leonal Marvino dari kelas 12 Ipa 1."

"Woah Dam gila ganyangka gua." seru Cacha seraya menepuk pipi Adam yang tengah cengo mendengar ucapan Kepala Sekolah.

"Mimpi gak sih? Cha, Ra, please jangan bangunin gua ya. Emak gua pasti bangga nih." lirih Adam.

"Malah ngelantur, sana naik udah ditungguin Adam." Ara berucap menyadarkan temannya.

Dengan segera Adam naik ke atas panggung, berjalan berlenggok seraya melambaikan tangan seperti Miss Universe.

"Temen lo Ra." Cacha menyenggol tangan Ara yang masih bertepuk tangan. Ara menoleh, "Temen kita Cacha." koreksi Ara.

Cacha meringis pelan.

"Iya-iya temen kita." Ia kembali duduk menghapap ke depan melihat Adam yang sudah akan turun dari panggung setelah memberikan sedikit ucapan.

"Yuhuuu, bener kan gue dapet." Adam berseru sat sudah duduk di tempatnya semula.

"Bukan peraih tertinggi ya, Dam.
Tadi lo bilang apa? Lo bakalan jadi
peraih tertinggi kan."

"Yaelah Cha, mana bisa gue nyaingin onoh. Isi otaknya kan perpustakaan." Adam melirik Ara yang duduk tenang menghadap ke depan.

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now