Part 49

70.3K 6.3K 791
                                    

Halo, ada yang kangen aku?

Sebelum itu follow ig aku yuk buat dapetin info update Elara 💃🏻

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian! Happy reading bestie 🤍

***

"TEO!"

"TEO!"

Lelaki yang bernama Teo itu berlari tergesa menghampiri Erlan. Bisa dilihat saat ini Erlan tengah menatapnya tajam disertai geraman marah. Aura Tuannya sangat kuat, Teo yang notabennya memiliki badan besar saja sangat takut melihat Erlan seperti itu.

"A-da apa Tuan?" ucap Teo saat sudah berada di depan Erlan. Erlan menatap tajam anak buahnya. "Dimana istriku?"

Teo mengerutkan dahi bingung.

"Nona? Saya tidak melihat keberadaan Nona sedari tadi. Maaf, bukankah Nona bersama Tuan?" Tanya Teo hati-hati.

"Kalau Ara bersama saya tidak mungkin saya bertanya padamu." Bentak Erlan.

"Maaf Tuan, tapi memang saya tidak melihat Nona sedari tadi. Saya juga berjaga di depan gerbang. Saya tidak melihat Nona pergi." Memang sejak tadi ia berjaga di depan gerbang dan tidak melihat Nona mudanya keluar.

"Bagaimana mungkin istriku pergi tanpa melewati gerbang?" Tanya Erlan tak percaya.

"Cepat panggil yang lain untuk mencari keberadaan, Nona!" Perintah Erlan mutlak. Teo yang menjadi ketua dari bodyguard yang lain mulai menjalankan tugasnya. Ia berlari sambil mengabari seraya mengaktifkan earphone di telinga guna memberi tahu rekannya agar cepat bergerak mencari keberadaan Nona mereka.

"Kemana kamu sayang." Teriak Erlan frustasi. Ia dengan cepat memasuki mobilnya dan melaju untuk mencari keberadaan istrinya. Tak lupa mengabari Azka dan Darrel untuk membantu mencari keberadaan Ara.

***

Dilain sisi, seorang perempuan melenguh merasa sakit disekujur tubuhnya. Dengan keadaan kaki dan tangan terikat, ia bergerak berusaha melepas tali yang meililit tubuhnya.

Ara, perempuan itu adalah Ara. Saat pagi tadi ia merasa haus dan ingin mengambil air putih di bawah. Namun tiba-tiba seseorang menutup mulutnya dengan sebuah kain yang berisi obat bius. Saat sadar ia terkejut mendapati dirinya dalam keadaan terikat di sini, di sebuah ruangan kosong.

"Siapa yang melakukan ini?" Lirih Ara menahan sakit.

Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang laki-laki membawa nampan makanan. "Makan!" Perintahnya.

Ara menggeleng, "aku tidak akan memakan makanan yang kau bawa!" Tegasnya.

Laki-laki itu mendekat dan mencengkram dagu Ara kuat membuat Ara memekik kesakitan. Tubuhnya benar-benar lemas, ia berusaha melepaskan cengkraman laki-laki di hadapannya walau mustahil.

"Jangan pernah membantah jika kau masih ingin hidup sedikit lebih lama. Kau tentu tidak mau jika meninggal sebelum waktunya, bukan?!"

Ara berdecih. "Aku lebih baik mati daripada berada di tempat sialan ini!"

Laki-laki itu semakin mengeraskan cengkraman di dagu Ara menimbulkan tanda merah disana. Matanya menatap Ara dengan kesal.

"Jangan pernah memancing emosi ku jika kau masih ingin bertemu suamimu. Atau kau mau melihat kami membunuhnya di depan matamu, Nona manis?!" Laki-laki itu terkekeh setelah berucap. Ia menghempaskan dagu Ara dengan kasar sebelum melangkah pergi meninggalkan Ara sendirian.

"Kau belum tau sedang berhadapan dengan siapa bodoh." Desis Ara.

Tak lama setelah kepergian laki-laki itu, seseorang kembali masuk namun jumlah mereka lebih banyak lagi. Ara yang sedang menunduk segera mengangkat kepala melihat siapa gerangan mereka.

ELARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang