Part 28

89.9K 7.4K 854
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak🕊
Happy reading

***

Setelah penuh perjuangan, mulai dari menerobos lampu lalu lintas, dikejar polisi, bahkan Azka sempat hampir menyerempet waria yang tengah mabuk. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit.

Erlan dan Azka dengan cepat keluar dari mobil dan berlari terburu-buru di koridor rumah sakit. Beberapa orang memandang mereka bingung dan memuja, bahkan tak banyak yang menyapa karena mengenal siapa Erlan dan Azka namun tak mereka hiraukan. Saat ini fokus mereka kepada Ara yang sedang berada di ruangan rawat menurut informasi dari salah satu anak buah Erlan.

Kaki panjang mereka menyusuri satu persatu ruangan yang berada di sana. Sampailah mereka di ruangan VVIP, para bodyguard yang ia perintahkan untuk mengawasi Ara menundukkan badan menyambut kedatangan Erlan dan Azka. Mereka berdua mengangguk singkat.

Tangan Erlan gemetar membuka pintu ruangan rawat. Saat pintu telah terbuka mereka berdua terbelalak kaget melihat kondisi dua orang gadis yang satunya di atas ranjang dan satunya lagi duduk di atas kursi roda tengah memakan buah apel. Bisa dikatakan kondisi mereka jauh dari kata baik, perban yang mengitari kepala dan lebam di wajah cantik kedua gadis itu.

"ARA!"

Teriak Erlan dan Azka kompak memanggil Ara membuat dua orang gadis yang sibuk dengan urusannya masing-masing itu terlonjak kaget. Bahkan saking kagetnya buah apel yang akan Ara gigit terlempar dan mengenai wajah Cacha.

"Aduh!" pekik Cacha mengusap wajahnya yang terkena buah apel Ara. "Heh! Lo kenapa lemparnya ke gua." murka Cacha.

"Ara kaget!" teriak Ara reflek.

Ara meringis, memberikan dua jari ke arah Cacha yang memandangnya sinis, peace. Matanya beralih menatap dua laki-laki kesayangannya. Mata Ara mengerjab lucu agar meluluhkan tatapan marah dari wajah keduanya.

"Gausah sok imut."

Detik itu juga, Erlan dan Azka kompak berjalan menghampiri Ara yang kini tengah meringsut takut.
"Apa?" tanya Ara polos.

"Apa?" tanya Erlan balik.

"Kamu udah bikin kita jantungan dan hampir mati tau gak." Erlan berucap, membolak-balikkan tubuh istrinya mengecek bagian tubuh mana saja yang terluka lagi. Pandangannya menajam saat menyadari goresan pisau di leher istrinya.

"Ini kenapa?"

"Jelasin sama kita Ra! Kata anak buah abang kamu kecelakaan. Dan kenapa jadi ada dua tuyul disini."

Ucapan Azka sontak membuat Ara dan Cacha mengedarkan pandangan mencari tuyul yang dimaksud oleh Azka. Mereka saling pandang dan mengernyitkan dahi saat tak mendapati tuyul tersebut.

"Mana tuyulnya bang?" tanya Cacha membuka suara.

"Lo berdua."

Singkat, padat, dan sungguh membagongkan. Kata itu yang cocok untuk Azka saat ini.

"Sinting."

"Abang sialan."

Ara dan Cacha berucap kompak dan mendapat jeweran di telinga mereka dari Azka. "Gak ada adabnya ya kalian berdua sama orang tua." Azka berkacak pinggang.

"Sakit abang!" Ara dan Cacha kompak berteriak di telinga Azka membuatnya langsung menutup telinganya yang sekarang terasa berdengung.

Sebelum makin terjadi kerusuhan yang mungkin akan membuat rumah sakit ini hancur, Erlan segera mendorong kursi roda Ara membawanya pergi.

ELARA (TERBIT)Where stories live. Discover now