04.

183 179 129
                                    

Berharap pada kekasih orang hanya akan menyakiti diri sendiri.

A L B I R U  tersenyum jahat. "Hebat juga lo, Fi. Gue belum kasih jawaban, dan lo udah dipeluk aja sama pacar gue."

Aldafi berdecak dan langsung berjalan menjauhi mereka berdua untuk duduk santai di sofa. "Ya, terima kasih."

Ayasya menatap Albiru untuk memastikan. "Jadi, kamu Albiru asli, nih?"

Albiru berjalan mendekati Ayasya. "Iya, Sya," balas Albiru. "Dia Aldafi, dan kami kembar."

"Berarti kamu gak berhak marah." ujar santai Ayasya.

"Ini bukan salah aku atau kembaran kamu, ya! Ini salah kamu sendiri, gak ngasih tau aku, kalo kamu punya kembaran."

"Gue, kan, udah ngasih tau lo, Sya." Aldafi membuka suara.

"Lah, kapan?" Ayasya tercengang dengan pernyataan Aldafi. "Kita aja baru ketemu sekarang. gue kira, lo itu Albiru. Ehhhh, ternyata salah. Kasian, kan, baby gue jadi cemburu."

"Siapa juga yang cemburu." celetuk Albiru.

"Heiiii!" Ayasya menjerit menatap kesal kekasihnya itu.

Albiru tertawa geli. "Iya, maaf.... Kamu bener, Sya." tuturnya lembut. "Aku gak berhak marah. Tapi aku berhak, donggg, dapet pelukan juga." lanjutnya malas.

"Uuuu, berhak, dongggg!" Ayasya berjinjit dan langsung memeluk Albiru dengan erat.
"Mau dipeluk sampai mana, nih?" Ia meregangkan pelukannya, namun masih melingkarkan tangan di leher laki-laki itu. "Sampai mati atau sampai meninggal?"

"Sama aja, dodol!" semprot Aldafi.

"Kenapa lo?" Ayasya menurunkan tangannya dan menatap tajam Aldafi.

"Jealous, lo, ya?"

"Gak berhak cemburu!"

"Sukur masih tau diri." cibir Ayasya, membuat Aldafi tertawa jengah.

"Yang?" Albiru memegang kedua bahu Ayasya. "Kamu gak diapa-apain, kan, sama si curut gila itu?"

"Alay lo, taik!" sembur Aldafi.

Bukannya merespon, Ayasya malah merinding dengan kelakuan kekasihnya itu. Sosok yang berwibawa dan dingin seperti Albiru, berubah menjadi alay tingkat dewa dalam sekejap. Itu semua tentu saja membuat Ayasya menatap Albiru sambil menaikkan kedua alisnya.

"Yang, kenapa aku horor, ya?"

"Rasain lo!" Aldafi tertawa puas. "Jangan sok manis, deh! Kaku, ya, kaku aja!"

Albiru menatap malas kekasihnya itu. Ia heran, biasanya Ayasya selalu merespon setiap kali laki-laki itu menunjukkan hal-hal manis. Tapi, kenapa disaat-saat penting seperti ini gadis itu malah berubah menjadi menyebalkan?

Albiru menghembuskan napas malas dan melepaskan tangannya dari bahu Ayasya. Ia berjalan mendekati Aldafi dan duduk di sampingnya.

Albiru pengen ngamuk, tapi tidak bisa. Takut diamukin balik.

"Dahlah, Sya. Kamu nyebelin, gak bisa diajak romantis."

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now