21.

135 85 176
                                    

"E N G G A K,  Sya! Gue gak mau lo ninggalin gue! Sya! Sya! Ayasya!"

Kedua mata Aldafi terbuka lebar. Keringat panas membasahi dahinya. Napasnya memburu. Jantungnya berdebar kencang, sampai akhir ia menyadari, ia baru saja mengalami mimpi buruk.

Bermimpi kehilangan Ayasya.

"Cuma mimpi, terima kasih, Tuhan...." Laki-laki membuang napas lega. "Gimana keadaan Ayasya sekarang?"

Selagi Agitha dan Dary tidak ada di sekitar ruangan Ayasya, Aldafi harus cepat masuk untuk mengetahui kondisi gadis itu. Karena sudah tidur di semalaman di depan ruangan Ayasya, laki-laki itu pun hanya cukup bangkit, lalu mengarahkan tangannya untuk membuka pintu ruangan itu. Ada sedikit keraguan dalam dirinya. Ia takut, kondisi Ayasya sekarang, semakin membuatnya merasa bersalah.

Gue harap lo baik-baik aja, Sya.

Cklek!

Aldafi membuka pintu ruangan itu dan melangkahkan kakinya untuk mendekati Ayasya. Hati laki-laki itu mencelos melihat kondisi gadisnya yang masih memejamkan mata karena dirinya.

Aldafi mendekati Ayasya dan membelai rambut gadis itu dengan sangat lembut. Ia tersenyum pedih melihat bibir pucat gadis itu. Jari-jemarinya bergerak mengusap bibir pucat Ayasya.

Perasaan laki-laki itu semakin sesak. Bibir yang selalu membuatnya kesal, kini tertutup rapat tanpa warna, diam seribu bahasa, dan membuatnya kembali mengalirkan air mata.

"Maafin gue...," bisik Aldafi, menggenggam tangan Ayasya, lalu menciuminya. "Bangun, Sya... gue butuh lo buat nerusin hidup."

"Alfi!"

Aldafi terkejut dengan panggilan seseorang laki-laki yang memanggil dirinya dengan nama aslinya. Ia menjauhkan wajahnya dari tangan Ayasya, lalu berbalik.  Ternyata, Agitha dan Dary tengah memperhatikannya dengan tatapan tajam di dekat pintu.

Dary mendekati Aldafi, lalu meremas baju laki-laki itu dengan tatapan dingin. Aldafi menatap tangan yang tengah menarik bajunya itu dengan tatapan pasrah. Ia tahu alasan di balik sikap Dary yang seperti ini, jadi ia memutuskan untuk menerima apa pun yang akan dilakukan Dary padanya, karena ini semua memang salahnya.

Tanpa mengatakan sepatah kata apa pun, Dary langsung menggiring keras Aldafi keluar dari ruangan Ayasya, meninggalkan area rumah sakit. Sesampainya di belakang rumah sakit, Dary langsung melempar laki-laki itu menabrak tembok yang ada di sana. Dary kembali menghampiri Aldafi dan menarik baju laki-laki itu dengan kedua tangan kekarnya.

"Apa Ayasya tau, kalo lo itu Aldafi?" tanya Dary pelan namun terdengar mematikan.

"Ayasya gak tau," jawab Aldafi. "Gue mohon sama lo, jangan kasih tau ini sama dia, gue gak mau Ayasya ngejauhin gue,"

Bug!

Dary meninju wajah Aldafi, membuat wajah laki-laki itu langsung lecet saat membentur aspal dengan keras. Dary kembali menarik baju Aldafi kuat-kuat, membuat laki-laki itu refleks berdiri. Tanpa berfikir lagi, Dary langsung mendorong Aldafi menghantam tembok di belakangnya.

"Lo bener-bener bosen hidup, ya!"  Dary tertawa hambar. "Aleta mau lo kemanain, hah?!"

"Gue gak punya hubungan apa pun sama Dia!" bantah Aldafi. "Gue cuma cinta sama Ayasya!"

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now