20.

119 90 130
                                    

A L B I R U  tengah duduk di luar memandangi pemandangan malam dengan perasaan bimbang. Entah mengapa, laki-laki itu terus-terusan memikirkan Ayasya. Ia sudah mencoba menghubungi Aldafi, namun ponsel kembarannya itu tidak aktif.

"Aldafi ke mana, sih?" tanya Albiru pada dirinya sendiri. "Gue coba telpon lagi!"

Albiru mengambil ponsel dari sakunya dan mencari kontak Aldafi. Setelah menemukan kontak laki-laki itu, ia langsung menghubungkan panggilan.

"Aktif!" Ia tersenyum senang setelah mengetahui ponsel Aldafi sudah aktif.

Di sisi lain, Aldafi tengah duduk bersandar di pintu ruangan Ayasya. Ayasya sudah dipindahkan dari ruang UGD, namun laki-laki itu masih belum bisa menemuinya karena Agitha sangat bersikeras melarangnya menemui gadis itu.

Aldafi merasakan getaran pada ponselnya. Ia mengambil ponsel itu, dan mengangkat panggilan dari Albiru. "Hallo, Al?"

"Fi, lo baik-baik aja, kan?" tanya Albiru, mulai cemas setelah mendengar suara lemas Aldafi.

Gue udah nyakitin Ayasya, Al..., Aldafi yang malah melamun. Gue gak bisa nepatin janji gue.

"Fi!" panggil Albiru karena Aldafi tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Cepet pulang, Al." Aldafi tersenyum sendu. "Ayasya butuh lo."

"Apa?" Albiru terkejut dengan ucapan Aldafi. "Ayasya kenapa, Fi?"

"Balik kalo lo mau tau!" Aldafi menjauhkan ponsel itu dari telinganya, lalu menekan tombol merah untuk memutuskan sambungan.

"Fi!" Albiru mulai kesal dengan jawaban tidak jelas Aldafi. "Aldafi!"

Albiru yang mulai kesal karena Aldafi memutuskan sambungannya secara sepihak, langsung membanting ponselnya, dan berputar-putar gelisah. Mengapa Ayasya harus membutuhkannya di saat Aldafi sudah berada di sana sebagai Albiru?

"Gue harus balik!"

***

Agitha dan Dary tengah berada di ruangan dokter yang menangani Ayasya. Mereka tengah saling menatap penuh keseriusan dan ketegangan.

"Bagaimana keadaan Ayasya, Dok?" Agitha memulai pembicaraan.

"Ayasya sekarang baik-baik saja. Tadi bekas jahitannya terbuka. Jadi, kepalanya kembali berdarah."

"Apa Ayasya memerlukan tindakan lebih lanjut, Dok?" tanya Dary.

"Tidak perlu," jawab dokter. "Saya hanya ingin menyarankan agar Ayasya tidak memikirkan apa pun selama masa pemulihan,"

"Apa yang akan terjadi jika Ayasya terlalu banyak memikirkan sesuatu, Dok?" tanya Agitha cemas.

"Saya hanya takut hasil operasinya menjadi gagal, Bu," sahut dokter. Agitha dan Dary pun saling menatap. "Jika operasinya gagal, itu akan sangat membahayakan nyawa pasien."

Agitha dan Dary tercengang dengan apa yang dokter katakan. "Saya pastikan Ayasya tidak akan memikirkan apa pun yang bisa memberatkan pikirannya, Dok!" Keseriusan Agitha, membuat dokter mengangguk. "Terima kasih, Dok!"

Permainan Ingatan Donde viven las historias. Descúbrelo ahora