28.

102 60 139
                                    

"Terkadang seseorang yang sudah menyakiti, selalu bersikap seolah-olah dia yang tersakiti."

A Y A S Y A  menghentikan kursi roda Beryl di halaman rumahnya. Ia duduk di kursi yang ada di sana, lalu tersenyum menatap laki-laki yang sudah ada di depannya. Beryl ikut tersenyum, mengelus pipi kiri gadis itu.

Jantungnya berdebar kencang saat menyentuh pipi lembut itu. Ia merasa sangat bahagia bisa melihat Ayasya dalam jarak sedekat itu. Laki-laki itu pun menatap lekat-lekat senyuman gadis itu. Senyuman yang tidak bisa lepas dari pikirannya sejak kecil, dan senyuman yang mampu membangkitkan semangatnya untuk terus hidup.

Senyuman yang sama, orang yang sama, dan debaran yang sama.
Ayasya yang masih tersenyum, mulai memegang tangan yang ada di pipinya. Beryl semakin melebarkan senyumannya merasakan tangan gadis itu mulai menyentuhnya.

"Lo bilang lo mau ngobrol, ngobrol apa, Ryl?" tanya Ayasya.

"Sya, kamu gak inget janji kita dulu?" Beryl bertanya balik.

"Enggak," Ayasya menggeleng pelan. "Janji apa?"

Beryl menarik perlahan tangannya. "Lupain, Sya," Ia tersenyum pedih.

"Janji apa, sih, Ryl?" Ayasya mulai penasaran.

Janji kita untuk menikah, Sya.

"Udah, Sya, lupain aja," ujar Beryl lembut.

"Ya udah," balas Ayasya cuek.

Ayasya mengarahkan pandangannya ke arah lain. Dari kejauhan, terlihat mobil Albiru akan mendekati rumahnya. Wajah gadis itu langsung sinis, ia kembali menatap Beryl, dan langsung mengukir seringai indahnya.

"Tetep ada buat aku, Ryl," Ayasya membelai lembut rambut laki-laki itu.

Beryl tersenyum tipis. "Jangan sedih lagi, Sya.... Aku gak akan pernah ninggalin kamu," Ia menyelipkan beberapa helai rambut Ayasya ke telinganya, lalu menyadari, Albiru tengah memperhatikan mereka.

Ayasya melirik Albiru dengan sudut matanya. Laki-laki itu langsung mematung di depan mobilnya setelah mendengar permintaan gadisnya pada Beryl.

Albiru sakit, sakit dengan balasan atas perbuatan yang tidak diperbuatnya.

"Sya, jangan gini, Sya." Albiru berucap pelan. "Bukan aku yang nyakitin kamu,"

Ayasya menatap Beryl dan mencium kening laki-laki itu dengan lembut. Beryl yang merasakan bibir gadis itu menyentuh keningnya, tidak bisa menghentikan senyuman kebahagiaannya. Ia bahagia, sungguh bahagia, meskipun ia tahu, Ayasya melakukan semua ini hanya untuk membuat Albiru panas.

"Sya?" panggil Albiru saat berada di dekat Ayasya.

Ayasya menatap Albiru datar. "Kenapa di sini?"

"Ada yang harus aku jelasin sama kamu, Sya." ujar Albiru langsung.

"Gak perlu jelasin apa pun, Al." Ayasya mengalihkan pandangannya dari Albiru. "Kita udah gak ada hubungan apa pun lagi."

"Sya!" Albiru mulai kesal. "Yang sama kamu, itu Aldafi! Bukan aku!"

Ayasya yang ikut kesal, langsung berdiri. "Maksud kamu apa, sih?"

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now