17.

116 99 115
                                    

" B U ! IBU!" Dikta tiba-tiba masuk ke dalam rumah Lusi.

Albiru yang tengah membaca buku, langsung mendongak, lalu berdiri. "Papi?"

"Oh!" Dikta berdesis. "Jadi, kamu yang sudah memberitahu Dary tentang saya?!"

"Kenapa?" Albiru bertanya dengan tenang walaupun hatinya sudah sangat bergejolak ingin langsung menghajar pria itu. "Saya hanya mengatakan yang sebenarnya." Ia menaikkan kedua bahunya.

"Tapi kamu sudah menghancurkan kebahagiaan saya!" teriak Dikta.

"Oh ya?" Albiru tersenyum sinis. "Anda juga sudah menghancurkan keluarga saya, apa Anda sudah terlalu tua sampai-sampai melupakan itu semua, Tuan Dikta yang terhormat?!"

Bugh!

Pukulan kuat mendarat di wajah tampan laki-laki itu. Dikta yang masih geram, langsung berjongkok, meremas kuat baju Albiru dengan kedua tangan kekarnya. Sorot mata penuh amarah terlihat di wajah pria itu.

Karena masih menghargai pria di depannya, Albiru tidak ingin melawan, ia akan tetap diam walaupun menyadari bibirnya sudah sedikit sobek karena tonjokan Dikta.

Albiru tersenyum malas. "Ternyata, selain suka selingkuh, Anda juga suka menyiksa, ya?"

"ARGHHH!" Dikta ngamuk. Ia sontak berdiri, menendang meja di sampingnya. "KENAPA SAYA HARUS MEMPUNYAI ANAK SEPERTI KAMU?!"

"Anda pikir, saya senang menjadi anak Anda?!" Albiru berdengus geli. "Anda pasti sedang bermimpi."

"KAMU—"

"DIKTA!" Suara tegas Lusi mengalihkan pandangan Dikta. "Mau apa kamu ke sini?!"

"Aku—"

"Keluar!" titah Lusi berwajah datar. Ia menunjuk ke luar rumah.

"Bu...."

"KELUAR SEKARANG JUGA!"

Dengan napas memburu, pria itu beralih menatap tajam Albiru. Menyadari tengah ditatap, laki-laki itu pun tersenyum puas, mengangkat kedua alisnya.

"Apa Anda sudah tuli juga, Tuan?!"

"Kalo sampai rumah tangga saya hancur, kamu yang harus bertanggung jawab!" ancam Dikta.

Pria itu keluar dari rumah ibunya dengan perasaan marah, meninggalkan Albiru yang masih mematung cuek.

"Jika rumah tangga Anda hancur, maka saya tidak peduli."

***

"Hei! Awas!" teriak Ayasya kecil saat melihat Beryl kecil hendak menyebrang dengan kursi rodanya.

"Aaaa!" Beryl malah ikut berteriak setelah melihat sebuah mobil sedan hitam hendak menabraknya.

Dug!

Mobil tersebut menabrak Ayasya dan berhenti setelah gadis kecil itu terpental ke aspal dengan darah yang bercucuran di kepalanya. Semua orang yang ada di sana langsung menghampiri Ayasya untuk membantunya.

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now