11.

130 122 68
                                    

" A L ! Lo gak perlu ngasih Ayasya buat gue." ucap Aldafi, membuat Albiru langsung menatapnya. "Gue gak butuh belas kasih lo!"

"Gue gak kasihan sama lo. Gue cuma mau lo bahagia, Fi." Albiru berusaha strong.

"Tapi lo nangis, dan itu gak adil, Al!"

"Jangan pikirin itu! Gue udah bilang, lo bahagia, gue juga." kekeh Albiru.

"Terserah lo, deh, Al!" Aldafi tidak bisa berkata apa pun lagi jika Albiru sudah keras kepala seperti itu.

"Sekarang, kita harus ngelakuin satu kebohongan lagi, Fi," ujar Albiru.

"Maksud lo?" Aldafi tidak mengerti maksud Albiru.

"Kita bilang sama Ayasya, kalo lo bakal nerusin pengobatan lo di luar negeri." beber Albiru. Aldafi menggerenyit tidak mengerti. "Selama lo jadi gue, gue bakal pergi jauh dari kalian, dan tinggal di Bekasi sama Nenek."

"Kenapa harus gitu?" tanya Aldafi.

Karena gue gak bakal sanggup ngeliat Ayasya sama lo, Fi. gumam Albiru dalam hati.

"Gue cuma mau, Ayasya fokus aja sama lo aja." Senyuman tulus Albiru, sukses membuat Aldafi terdiam.

Jika Albiru tidak pergi ke Bekasi, Ayasya akan selalu menjenguk Aldafi dan laki-laki itu tidak yakin bisa menahan rasa rindunya setelah bertemu gadisnya.

"Satu hal, Fi," Albiru kembali membuka suara. "Lo gak boleh nyakitin Ayasya."

"Gue janji!"

Selamat tinggal, Sya....

***

Ayasya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit bersama Agitha dan Dary.

"Sayang, kamu harus semangat, ya," ujar Agitha saat melihat Ayasya terlihat tidak semangat.

"Iya, Ma. Ayasya semangat, kok." ucap Ayasya pelan.

"Iya, Sya! Lo harus sembuh," Dary menyemangati.

Karena Dary sudah lebih dulu dekat dengan keluarga Ayasya dibandingkan Albiru, Agitha jadi lebih bisa terbuka pada laki-laki itu, dan sudah menceritakan tentang amnesia yang dialami Ayasya padanya.

"Makasih, Ri!" sahut Ayasya soft.

"Sayang, kamu gak ngasih tau Albi tentang hari ini?" tanya Agitha.

"Enggak, Ma," Ayasya tersenyum. "Albi udah cukup lelah mikirin adiknya yang lagi sakit. Ayasya gak mau nambah beban pikiran Albi."

"Ya udah, kalo itu yang terbaik menurut kamu. Pokoknya, apa pun yang terjadi, kamu gak boleh nyerah, ya, Sayang!" Agitha mengelus pipi kiri Ayasya.

Ayasya mengangguk. "Iya, Ma," Ia bersandar di bahu mamanya.

Ponsel Ayasya bergetar. Ia menarik kepalanya dari bahu Agitha, untuk mengangkat panggilan masuk.

"Siapa, Sayang?" tanya Agitha.
"Albi, Ma," jawab Ayasya.

"Ya udah, angkat aja, Sayang."

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now