24.

91 65 101
                                    

A Y A S Y A  berjalan di trotoar jalanan dengan perasaan malas. Setelah kejadian di sekolah tadi, ia langsung mengambil tas di kelasnya, dan pergi dari sekolah.Tadi pagi, ia berangkat bersama Aldafi, jadi sekarang ia harus pulang sendirian tanpa kendaraan. Daripada naik angkutan umum, ia lebih memilih berjalan kaki, berharap bisa membantu meredakan semua rasa sedih dan amarah yang ada dalam hatinya.

Ayasya masih tidak menyangka Albiru bisa menyentuh perempuan lain selain dirinya. Namun, sebenarnya pantas saja jika ia tidak menyangka laki-lakinya akan melakukan hal seperti itu. Karena pada kenyataannya, yang berbuat seperti itu adalah Aldafi, bukan kekasihnya, Albiru.

"Aku pikir aku adalah satu-satunya, Al," Ayasya tersenyum sakit. "Tapi ternyata aku salah, aku bukan satu-satunya, tapi aku salah satunya."

Saat Ayasya tengah fokus berjalan, sebuah mobil putih mewah berhenti di dekatnya. Gadis itu pun menghentikan langkahnya, melihat siapa di balik mobil tersebut. Setelah kaca jendela mobil itu terbuka, terlihat Beryl yang tengah memberikan senyuman lembut padanya.

"Sya? Kok, jalan? Albi di mana?" tanya Beryl.

"Lagi tidur sama maling kundang!" Jawaban sewot Ayasya, membuat Beryl terkikik.

"Ya udah, yuk naik!" ajak Beryl. "Aku anterin pulang!"

"Ah, gak usah, Ryl," tolak lembut Ayasya. "Aku takut ngerepotin, hehehe."

"Enggaklah, aku yang mau, kok." Beryl membuka pintu belakang, tepat di sampingnya. "Yuk, sini!"

Gue sebenernya capek, tapi gimana kalo Albi liat gue sama Beryl? pikir Ayasya. Seiyanya Albi udah nyakitin gue, gue tetep takut kalo sampai nyakitin dia.

"Sya!" ucap Beryl membuyarkan pikiran Ayasya.

"Eh, ya udah, Ryl!" Ayasya yang merasa tidak enak jika harus menolak bantuan, akhirnya memutuskan untuk pulang bersama Beryl. "Yukk!"

Ayasya nyengir, lalu masuk ke mobil laki-laki itu. Ia menutup pintu dan tersenyum lembut menatap Beryl. Semoga gue gak ketemu sama Albi.

"Ryl, serius, nih, gak ngerepotin?" Ayasya berbasa-basi.

"Iya," ucap Beryl lembut. "Rumah kamu di mana?"

"Di—"

Ting!

Sebuah pesan masuk terdengar dari ponsel Ayasya. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya dari Beryl, dan memfokuskan dirinya pada ponsel itu. Matanya terbelalak lebar membaca sebuah pesan dari Lily.

Sya! Albi dibawa ke rumah sakit!

Ayasya langsung menatap Beryl. "Ryl! Kamu bisa anterin aku ke rumah sakit, kan?"

"Tentu, Sya!" ucap Beryl cepat. "Tapi, siapa yang sakit?"

"Albi!" sahut Ayasya. Beryl pun mengangguk.

"Pak! Ke rumah sakit!" ujar Beryl.

"Baik, Den!" sahut pak supir.

***

Aldafi bersandar di sandaran brankar rumah sakit dengan perasaan sendu, pikirannya tidak tenang. Walaupun Aleta ada di sana untuk menemaninya, pikirannya tetap kacau memikirkan Ayasya yang tak kunjung menemuinya.

Aldafi menatap Aleta yang tengah duduk menunduk di dekatnya, lalu tersenyum di balik bibir pucatnya. Laki-laki itu merasa benar-benar merasakan kehadiran sosok adik jika Aleta berada di sisinya. Namun tetap saja, jika Aleta sebagai adik, maka Ayasya sebagai sosok kekasih yang tidak akan pernah bisa ia gantikan dengan siapa pun.

Permainan Ingatan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang