07.

150 152 84
                                    

"Ini adalah penderitaanku, kau tidak perlu ikut merasakannya."
_Ayasya_

" S Y A, serius, Sya!" Albiru menatap tidak percaya Ayasya. "Kamu, kan, udah tau tentang Aldafi."

"Enggak," Ayasya menggeleng.

"Aldafi itu kembaran aku, dan kamu udah tau itu. Malah kamu juga udah ngobrol sama dia, Sya,"

"Kapan?"

"Kemarin, Sya," sahut Albiru masih lembut.

Jadi, dia yang udah gue lupain?  pikir Ayasya.

"Okey, udah! Gak perlu dibahas lagi." Ayasya beralih menatap Aleta. "Lo udah denger, kan, penjelasannya? Tunggu apa lagi?! Hus, sana!" Ayasya mendorong Aleta, menjauh dari mereka. "Bikin esmosi aja."

Aleta berbalik. "Terus, Aldafi di mana?"

"Di rahim emaknya!" amuk Ayasya.

Aleta cemberut. Ia kembali melanjutkan langkahnya. Ayasya mencoba napasnya, dan mengarahkan pandangannya menatap Albiru yang tengah menatapnya.

"Kenapa? Semuanya done, kan?" tanya Ayasya.

"Kamu gak inget sama Aldafi, Sya?" Albiru bertanya balik.

"Gue pergi, deh. Kayaknya, bakal ada perang dunia keseratus, nih." goda Lily.

"Sana pergi, ah!" usir Ayasya. "Gue mau dua-duaan sama pacar."

"Wlee!" Lily menjulurkan lidahnya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Kedua mata Ayasya, langsung menatap Albiru. "Enggak, kok, aku inget sama Aldafi." Bohongnya. "Aku cuma pura-pura lupa aja, hehehe!"

Ayasya tidak ingin menceritakan tentang ingatannya yang mulai terganggu pada Albiru. Ia tidak jika ingin jika laki-laki itu mengkhawatirkannya ataupun terlalu memikirkannya.

Biar aku pendem semuanya, Al. Aku gak mau kamu ikut-ikutan sakit karena mikirin aku.

"Kamu gak lagi bohong, kan, Sya?" tanya Albiru.

"Enggaklah, aku paling gak bisa boong sama kamu." Ayasya berkedip manja, mencoba mencairkan suasana.

Albiru memegang kedua pipi Ayasya, lalu tersenyum.
"Jangan sembunyiin apa pun dari aku, ya,"

"Iyaaa," Ayasya mengelus punggung tangan Albiru.

"Sya!" sapa Dary. Ia mendekati Ayasya bersama ketiga temannya-—Dafa, Delon, dan Dion.

Ayasya menatap Dary. "Eh, Ri?" ucapnya, membuat Albiru mengerutkan dahinya.

Dary adalah teman masa kecilnya. Mereka dibesarkan dan tumbuh bersama. Namun, semenjak terjadi sesuatu di antara mereka, dan semenjak laki-laki itu masuk geng motor, mereka tidak lagi berkomunikasi. Ayasya bahkan tidak pernah bertemu dengannya, padahal mereka satu sekolah.

"Lo ke mana aja, Sya?" Dary mencubit hidung Ayasya.

Ayasya menepis tangan Dary. "Ada!" Ia sewot. "Lo-nya aja yang jarang nemuin gue! Lo udah lupain gue, Ri? Bisa-bisanya, ya, lo! Padahal, kita, kan, satu sekolah."

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now