23.

87 63 105
                                    

"Terkadang rasa sakit bisa diciptakan oleh orang yang paling dicintai."

A L D A F I  dan Ayasya tengah berada di ruang UKS. Saat di lapangan tadi, Aldafi hampir pingsan, jadi Ayasya segera membawanya ke UKS. Kini, laki-laki itu sedang menyandarkan kepalanya di bahu Ayasya, dan gadis itu tengah membelai rambut Aldafi dengan penuh kelembutan.

"Al, kamu yakin gak mau minum obat?" tanya Ayasya, membuat Aldafi menjauhkan perlahan kepalanya dari bahu gadis itu. "Tadi kamu hampir pingsan, loh,"

Aldafi menggeleng. "Enggak, Sya. Aku udah nggak apa-apa, kok." Ia kembali bersandar ke bahu gadis itu. "Jangan jauh-jauh dari aku, Sya."

"Iya," Ayasya menarik bahunya dan menangkup wajah Aldafi. "Tapi sekarang aku harus ke kantin dulu, beli makanan buat kamu."

"Iya, jangan lama-lama." ujar Aldafi. "Nanti aku rindu!"

Ayasya langsung berdiri dan meninggalkan Aldafi sendirian di UKS. "Bodo, ah!"

Aldafi terkekeh pelan menatap punggung Ayasya yang mulai menghilang. Laki-laki itu merenung. Setelah bermain basket tadi, jantungnya terasa sakit dan sangat menyesakkan dada.

Waktu sebulannya bersama Ayasya sudah hampir habis.

"Kalo gue gak ada lagi di dunia ini... lo, orang pertama dan terakhir yang berhasil ngukir kebahagiaan di saat-saat terakhir gue, Sya." ungkap Aldafi tulus. "Gue cinta sama lo, Ayasya-nya Albi."

Aldafi tersenyum, lalu mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Tiba-tiba seringainya itu perlahan menghilang melihat kejadian di koridor sana. Terlihat, Dary tengah memeluk Aleta secara paksa, membuat gadis itu memberontak keras sambil menangis. Semakin ia menangis, Dary semakin mengeratkan pelukannya.

Melihat Aleta yang menangis seperti itu, tangan Aldafi mengepal kuat. Laki-laki itu langsung berdiri, keluar dari UKS untuk membantu Aleta. Walaupun Aldafi tidak memiliki perasaan apa pun pada gadis itu, tetap saja ia mendekati Dary dengan penuh amarah karena bagaimanapun juga, Aleta sudah pernah dianggapnya sebagai seorang adik.

Dary memegang kasar wajah Aleta yang sudah basah air mata. "Ayolah, Sayang! Kau datang ke sini untukku, kan?" Laki-laki itu tertawa jahat melihat penderitaan gadis di depannya.

"Enggak! Lepasin aku!" Aleta menjerit dan melepaskan tangan Dary dari wajahnya dengan kasar. "Aku ke sini buat Aldafi!" Teriakan Aleta, membuat Dary kesal, dan langsung mencekal keras dagunya.

"ALDAFI GAK CINTA SAMA LO! APA, SIH, YANG LO HAREPIN DARI DI—"

Bug!

Belum sempat Dary melanjutkan ucapannya, Aldafi tiba-tiba datang, dan menonjoknya dengan keras. Laki-laki itu tersungkur ke lantai. Ia tersenyum kecut, dan menatap tajam Aldafi.
Ternyata, lo emang gak pantes buat Ayasya! 

Dary sengaja menggoda Aleta untuk mencari tahu, apakah Aldafi baik untuk Ayasya atau tidak. Namun ternyata laki-laki itu masih terikat dengan Aleta, membuat Dary menyadari bahwa Aldafi sudah pasti akan menyakiti Ayasya.

Bug! Bug! Bug!

Aldafi terus-menerus memukuli Dary. Dary yang mulai marah, langsung menendang Aldafi dengan kekuatan penuh. Laki-laki itu pun refleks mundur, memegang perutnya yang terasa mual karena tendangan.

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now