05.

181 177 115
                                    

"Tulus itu berarti. Hanya orang-orang tidak berhati sulit saja yang mampu melakukannya.

S A A T  ini, Ayasya sudah keluar dari apartemen kekasihnya. Ia dan Albiru tengah saling menatap penuh cinta di depan pintu. sedangkan Aldafi, laki-laki yang ikut mengantar itu tengah membuang muka, tidak ingin melihat kemesraan pasangan itu.

"Aku pulang dulu, Al. Udah sore." pamit Ayasya. "Besok kita apel lagi, ya?"

"Iya, gak bosen apel terus sama aku, Sya?" tanya Albiru tersenyum lembut.

"Ya, enggaklah!" jawab Ayasya spontan. "Udah terlanjur cinta, sih...."

"Berisik!" Ucapan Aldafi, membuat Ayasya dan Albiru menatapnya dengan tatapan malas. "Apa?!" songongnya.

Ayasya tersenyum dan mengambil sebuah gelang hitam dari sakunya. Ia mengambil tangan kanan Aldafi, lalu memasangkan gelang tersebut. Albiru pun menatap gadis itu dengan dengan tatapan tidak mengerti.

"Senyebelin apa pun lo, lo tetep calon adik ipar gue." Ayasya tersenyum menatap kedua mata hitam Aldafi. "Jangan lepas gelang ini, gue gak mau meluk lo lagi!"

Aldafi menarik tangannya dari tangan Ayasya. "Awas kalo sampe lo lupain gue lagi!"

"Yayasan, gimana nanti."

"Cape gue ngomong sama lo!" Aldafi berdesis.

"Stres gue dengerin ocehan lo." ketus Ayasya.

"Udah, udah. Jadi, tujuan kamu ngasih gelang itu apa, Sya?" tanya Albiru.

"Itu cuma buat tanda, kalo yang pake gelang adalah Aldafi, dan yang gak pake gelang adalah pacar akuuu!" seru Ayasya. Ia menempelkan telapak tangannya di kedua pipi Albiru, lalu menggerak-gerakkannya dengan gemas, membuat laki-laki itu tersenyum senang, memegang telapak tangan yang ada di pipinya itu.

"Ya udah, yuk pulang!" ajak Albiru "Aku anterin."

"Gak usah," tolak lembut Ayasya. "Aku, kan, bawa mobil. Anterin sampai mobil aja, yuk!"

"Manja!" sembur Aldafi.

"YA AMPUNNN! INI CARA MATIIN KOMPOR GIMANA, SIH?! MULUT GUE UDAH MAU MELEDAK NIH!" teriak Ayasya.

"Udah, yuk!" ajak Albiru merangkul Ayasya, lalu tersenyum menggeleng.

"Yuk!" Ayasya melingkarkan tangannya ke punggung Albiru.

Mereka melangkah, meninggalkan Aldafi masih menatap sebal punggung Ayasya yang semakin menjauh.

"Nyebelin juga." umpat Aldafi.

Ayasya menghentikan langkahnya di depan mobil, lalu melepaskan tangannya dari punggung Albiru. "Al, aku pulang, ya, awas kangen!"

"Kalo kangen kenapa? Gak boleh?" Albiru mengangkat kedua alis tebalnya.

"Nggak apa-apa, sih, aku seneng!" Ayasya tersenyum semringah.

"Makin pinter ngegombal, ya!" Albiru tersenyum, menggeser poni Ayasya yang sedikit menutupi matanya.

"Ihhhh, bukan gombal, emang bener," manja Ayasya, mengambil telapak tangan Albiru untuk digenggamnya.

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now