16.

117 103 142
                                    

"Terlupakan memang menyakitkan."

B A R A N G  incaran Ayasya berhasil didapatkannya. Gadis itu keluar dari mall  dengan perasaan senang. Sedangkan Aldafi, ia keluar dengan perasaan sedih. Ia harus membuntuti Ayasya dengan beberapa tas belanjaan di kedua tangannya.

Udah dompet gue terkuras habis, harus bawain barang belanjaan lagi! gerutu Aldafi dalam hati. Ck! Ini, nih, resiko bikin cewek ngamuk.

Untuk merayu macan yang sedang marah  Aldafi harus mengeluarkan uang. Namun, ia tidak menyangka uang yang dikeluarkannya akan menipiskan dompetnya dalam waktu sekejap.

"Sya! Kamu bener-bener, ya! Aku yang jalanin, aku juga yang bawain! Gimana sih, ah?!" Omelan Aldafi, membuat Ayasya berbalik menatapnya.

"Jadi gak ikhlas, nih, jajanin aku?" tanya Ayasya pura-pura memelas.

"Iya!" sewot Aldafi

"Ihh! Ya udah, aku ganti!" Ayasya mulai marah. Aldafi pun menghampirinya.

"Boong atuh, Yang!" Aldafi nyengir. "Jangan ngambek mulu, dong... entar cantiknya ilang."

"Sebahagia lutung, deh!" Ayasya langsung berjalan mendekati motor laki-laki itu, meninggalkan Aldafi yang tengah menatapnya bingung sambil menaikkan kedua bahunya.

Ayasya gimana, sih? Lutung, kan, pacarnya lutung juga.

"Please, deh, Al! Lama banget, sih!" Ayasya mulai menggerutuki Aldafi yang malah mematung dan membuatnya berdiri kepanasan. "Make up  gope aku luntur, nih!"

"Maaf, Dut!" ceplos Aldafi.

"Heiiiii!" Ayasya menjerit. Aldafi pun langsung menghampirinya. "Maksud kamu apa? Aku kayak badut? Atau aku gendut?"

"Enggak, Yang," tutur Aldafi lembut. "Kamu cantik kayak Suzy. Kamu langsing kayak lidi."

"YA AMPUN! INI ANAK MULUTNYA MINTA DILAKBANISASI!" teriak Ayasya, membuat Aldafi tertawa. "YANG MAU MASUK SURGA, LEMPAR LAKBAN SINI!"

"Enggak, dong, Yang.... Kamu emang cantik, kayak bidadari."

"Uuu, sweet banget!" Ayasya yang merasa senang, langsung mengambil tas belanjaannya dari tangan Aldafi.

"Bidadari sawah!"

"Heiiiii!" Ayasya yang merasa kesal, langsung memukul-mukul Aldafi dengan tas belanjaannya. "Euh! Euh! Euh!"

"Aw! Aw! Aw!" Aldafi terus berusaha menghalangi tas Ayasya menyentuh punggungnya. "Beb, ampun, Beb! Kaki aku bisa remuk, nih." keluh Aldafi, membuat Ayasya menghentikan pukulannya dengan terpaksa.

"Kaki! Kaki! Aku mukul punggung, kenapa yang remuk kaki?!" Emosi Ayasya.

"Hehehe, ya udah. Maaf, aku salah ngomong," kata Aldafi, membuat Ayasya sedikit tersenyum. "Yuk pulang, Yang! Kasian punggung kamu, pasti pegel dipake berdiri terus."

"Duhh! Ini kenapa gak ada tukang sate, sih?!" Ayasya mulai jengah dengan celotehan Aldafi. "Aku, kan, butuh tusuknya buat nusuk orang!"

"Kenapa gak sekalian pake cangkul aja, Yang?"

"Cangkul buat nyiapin kuburan kamu!"

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now