19.

120 96 135
                                    

"Seiring dengan berjalannya waktu, semua orang pasti berubah. Mau tidak mau, suka tidak suka, harus terima."

A Y A S Y A  dan Aldafi tengah dalam perjalanan pulang ke rumah gadis itu. Laki-laki itu menjalankan motor dengan kecepatan normal karena Ayasya sempat mengancam tidak akan memeluknya lagi, jika ia masih menjalankan motor dengan kecepatan penuh. Daripada tidak mendapatkan pelukan, laki-laki itu lebih memilih menurut walau sulit.

"Gini, dong, pelan-pelan." ucap pelan Ayasya. "Jadi makin sayang, kan, aku!" serunya. Ia mencium singkat punggung Aldafi.

Aldafi menerbitkan senyuman puas di bibir indahnya. "Masih kurang, nih."

"Bodo, ah!"

Aldafi membuang napas malas.
Ayasya menumpukan dagunya di pundak laki-laki itu. Pandangannya tidak sengaja berfokus pada gelang hitam yang tengah dipakai Aldafi. Gadis itu menggerenyit, lalu membuka suara.

"Loh, gelang?"

Kenapa gue bisa lupa ngelepas gelang pemberian Ayasya, sih? pikir Aldafi.

"Sejak kapan kamu suka pake gelang, Al?" Pertanyaan Ayasya, membuat Aldafi langsung menghentikan motornya, dan melepas helmnya.

Aldafi menatap Ayasya penuh tanda tanya. "Sya! Maksud kamu apa?!" tanyanya datar. "Kamu lagi bercanda, kan?"

Jelas-jelas ini gelang pemberian kamu. Aldafi berucap dalam hati.

"Apa, sih?!" tanya Ayasya tidak suka. "Aku serius, kamu sejak kapan suka gelang?" Gadis itu jadi emosi melihat wajah datar Aldafi.

"Sya! Bilang kalo kamu inget sama Aldafi." tegas Aldafi.

"Aldafi siapa, sih?!" landas Ayasya.
"Jangan bikin aku kesel, bisa?!" Aldafi menatap dingin gadis itu.

"Aku serius, Al!" tutur Ayasya meyakinkan.

"Turun, Sya!" titah Aldafi tiba-tiba.

"Kamu kenapa, sih?!" Ayasya mulai jengkel dengan ketidakjelasan laki-laki itu.

"Gue gak suka lo lupain Aldafi!" Laki-laki itu memalingkan wajahnya.

"Ya, tapi kenapa?!" sentak Ayasya. "Dia siapa, sih?!"

Aldafi semakin panas. "TURUN, SYA!"

"Lo kenapa jadi kasar banget, sih?!" Napas gadis itu memburu, matanya memanas. Ia langsung turun dari motor Aldafi. "Lo—" Suara gadis itu tertahan. Ia tidak biasa menggunakan lo-gue  saat berbicara dengan Albiru.

"Bukan Albi yang gue kenal!" lanjutnya. Gadis itu berlalu dari sana, meninggalkan Aldafi yang masih menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Arghh!" Laki-laki itu langsung memukul stang motornya. "Sial!"

Gue gak mau lo lupain gue, Sya!

Di sisi lain, Ayasya yang masih meruntuki perubahan kekasihnya itu, terus berjalan di trotoar jalanan sambil menengok kanan kiri untuk mencari taksi.

"Tuh anak kenapa gampang banget berubah, sih?!" gerutu Ayasya. "Sumpah, ya! Semua cowok sama aja!"

Tanpa disadari, Ayasya sudah memasuki jalan raya tanpa memperhatikan kendaraan yang akan melewatinya. Motor yang sedang melaju cepat pun membunyikan klaksonnya sebanyak mungkin.

Permainan Ingatan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang