26.

85 57 80
                                    

"Jangan menguji apalagi memancing, kesabaran setiap orang ada batasnya."

D A R Y  baru saja keluar dari rumahnya di Bandung. Ia dan Farah memutuskan untuk tinggal di Bandung, di sebuah rumah yang tidak bisa Dikta jangkau. Selama ini, laki-laki itu selalu berangkat pagi untuk tetap bersekolah di Jakarta. Ia tidak merasa lelah karena ini memang demi kenyamanan keluarganya, keluarga kecilnya, ia, Farah, dan Aqila.

Saat sudah motor, ia langsung mengeluarkan ponselnya yang sudah menandakan ada sebuah pesan masuk. Laki-laki itu langsung termohok membaca pesan dari Bi Inah.

Den, Bapa meninggal, Den. Bapa overdosis, Den.

Dary berdengus. "Cinta membutakan segalanya."

Karena frustrasi tidak bisa menemukan Farah dan anak-anaknya, Dikta pun melampiaskan rasa lelahnya dengan mabuk-mabukan. Namun pria itu tidak menyangka kalau tingkahnya itu bisa merenggut nyawanya.

***

Ayasya sedang berada dalam perjalanan menuju sekolah. Ia tidak berangkat bersama Aldafi, jadi gadis itu membawa mobil sendiri. Sesampainya di sekolah, ia memarkirkan mobilnya tepat di parkiran sekolah.

Ayasya keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya. Ia memandangi koridor sekolah sambil menghembuskan napas berat. Ia memasuki sekolah tanpa kekasihnya, itu sudah cukup menjadi sarapan terpahit baginya.

Albi sekolah gak, ya?

"Sya!" panggil Beryl.

Ayasya berbalik. Gadis itu langsung mengulas seringai tipis untuk menutupi semua rasa sakitnya. Mulai sekarang, Ia akan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja agar ia bisa melawan Aleta dalam mempertahankan kekasihnya.

Senyum, Sya! Selagi masih ada stok kesabaran, lo harus pertahanin Albi! Semangat! Ayasya menyemangati dirinya sendiri.

Ayasya terus menatap Beryl dan Lita yang tengah tersenyum padanya. Melihat Lita, gadis itu memutuskan untuk menghampiri Beryl, mencoba bertegur sapa dengan Lita sebagai teman putranya itu.

"Hallo, Tante!" sapa Ayasya menyalami Lita.

"Hallo, Sayang! Wah, kamu sudah besar, ya!" seru Lita. "Kamu kapan ke Bandung lagi, Sayang?" tanya Lita. "Kamu sama Beryl, kan, pertama kali bertemu di Bandung, ya?"

Aduh! Gue bener-bener gak inget apa pun. batin Ayasya.

"Iya, Tan," sahut Ayasya mengiyakan. "Untuk ke Bandung, Ayasya gak tau. Tapi nanti Ayasya pasti ke Bandung lagi, kok."

"Beryl ini ke Jakarta pengen ketemu sama ka—"

"Bu...," Dengan lembut Beryl menghentikan ucapan Lita yang akan membuka rahasianya.

"Iya, Sayang," Lita yang mengerti maksud Beryl, mulai terkekeh. "Ya udah, Ibu pulang dulu, ya!"

"Iya, Bu," balas Beryl.

Lita menatap Ayasya. "Ayasya, Tante titip Beryl, ya!"

"Baik, Tan!" sahut Ayasya.

Lita tersenyum dan membelai rambut Beryl. Wanita itu beralih menatap Ayasya, membuat gadis itu kembali menerbitkan senyuman cantik di wajahnya. Lita berbalik dan masuk ke mobilnya. Setelah mobil melaju, Ayasya langsung menatap Beryl.

Permainan Ingatan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang