14.

148 118 157
                                    

A L D A F I  menghentikan motornya di parkiran mall. Ayasya turun dari motor, lalu melepas helmnya. Laki-laki itu ikut turun dari motornya dan menyimpan helmnya.

"Yuk! Masuk! Kita ijab kabul!" seru Aldafi.

Ayasya berdesis. "Dikira KUA apa?!" Ia tersenyum malas "Dasar, otak ayam."

"Lah, otak ayam gimana bentukannya, Beb?"

"Mana aku tau!" ketus Ayasya. "Tanya aja sama bang haji!"

"Bang haji-nya lagi naik haji, nih, gimana, dong?"

"Aduhh! Udah, ah!" Ayasya yang mulai kesal, langsung melangkahkan kakinya mendahului Aldafi untuk masuk ke mall. "Yuk, ijab kabul!"

Aldafi mematung, ia berusaha menahan tawanya. Ayasya sama polosnya dengan dirinya. Ya kali, ijab kabul di mall.

"Dasar, otak ikan." umpat Aldafi pelan.

Ayasya menghentikan langkahnya, lalu berbalik. "Heh! Telinga aku masih berfungsi, ya!"

"Ampun, Ibu negara!" cicit Aldafi nyengir. Ia langsung berjalan menyusul Ayasya. Mereka pun berjalan beriringan memasuki mall.

***

"Jadi, lo ini bener Albiru?" tanya Dary.
Albiru mengangguk. "Jangan bilang apa pun pada Ayasya."

Dary menghela napas. "Terus, kenapa lo biarin saudara kembar lo itu milikin Ayasya?"

"Gue cuma mau dia bahagia."

"Dan lo?"

"Gue sakit." Albiru tersenyum sakit. "Tapi gue lebih sakit kalo orang yang gue sayang, harus ngerasain sakit."

Dary berdengus mendengar pernyataan Albiru. Sekarang, ia sudah tahu alasan Ayasya begitu mencintai Albiru. Itu semua karena laki-laki di depannya memang sosok yang tulus dalam membahagiakan orang-orang yang disayanginya.

"Masih ada, ya, cowok kayak lo?" Dary terkekeh sinis.

"Cowok kayak gue banyak." tutur lembut Albiru.  "Karena gue cuma cowok biasa."

Cowok yang bakal hancur saat tau orang yang dicintainya lagi sama cowok lain.
"Pantes Ayasya cuma mau sama lo." ucap pelan Dary.

Albiru hanya tersenyum.

"Mengenai bokap gue...." Dary tertunduk. "Maaf, gue gak nyangka dia sebejat itu."

"Lo gak perlu minta maaf." ujar Albiru. "Kita cuma korban."

Dary menegakkan kepalanya.
"Korban keegoisan Papi." lanjut Albiru.
"Gue jadi penasaran...." Dary membuang napas bimbang. "Apa Bunda tau soal ini?"

***

Senyuman kebahagiaan terukir di bibir mungil Ayasya saat melihat barang-barang mewah yang siap manguras dompet Aldafi. Dengan semangat, gadis itu langsung menghampiri tempat lipstik, tempat di mana terdapat beraneka ragam lipstik berjajaran.

"Al, yang itu bagus, gak?" tanya Ayasya menunjuk lipstik merah bata.

"Ihh!" Aldafi bergidik. "Ya udah, beli!"

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now