06.

170 173 98
                                    

"Sesuatu yang tidak disadari terkadang bisa menyakiti."

ALDAFI keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar. Ia menggosok rambutnya dengan handuk kecil, lalu mengambil ponsel yang tergeletak di kasur. Laki laki itu duduk dan mencari kontak Aleta. Ia menekan nomor gadis itu untuk menghubungkan panggilan.

"Hallo, Al?"

"Ta, gue mau akhirin pacaran pura-pura kita."

"Apa? Tapi, kenapa, Al?"

"Mulai besok gue bakal pindah ke SMA Garuda, dan gue gak bisa ngejagain lo lagi."

"Terus, siapa yang bakal lindungin aku, Al ... aku butuh kamu, Al," lirih Aleta.

"Belajar jadi strong girl, Ta. Gue gak bisa selalu ada buat lo."

"Tapi, Al... aku terlanjur cinta sama kamu,"

"Gue cuma nganggep lo adik, Ta. Gue gak bisa ngasih lo lebih."

"Kamu jahat, Al," Terdengar isakan Aleta.

"Maafin gue, Ta." Aldafi langsung mematikan sambungannya dan menatap datar layar pipih itu.

"Gue harap, lo gak pertahanin status lo sebagai cewek lemah, Ta. Lo gak bisa terus terusan minta perlindungan gue. Gue juga sosok yang lemah, gue juga butuh seseorang. Tapi bukan lo."

***

Ayasya mengerjapkan matanya, lalu menyadari, kini ia sudah berada di rumah sakit. Agitha yang menyadari putrinya itu membuka mata, langsung beranjak dari sofa dan duduk di dekat gadis itu. Ayasya berusaha bangkit, wanita itu pun membantunya untuk duduk.

"Sayang, kamu udah baikan, kan?" tanya Agitha, membelai rambut Ayasya dengan penuh perhatian.

"Ayasya nggak apa-apa, kok, Ma," Ayasya tersenyum.

"Kamu kenapa bisa pingsan, Sayang?"

Ayasya tertunduk, memejamkan matanya. Kepalanya kembali sakit. Ia memegang kepalanya dengan kuat, membuat Agitha kembali cemas. Memori beberapa jam lalu gadis itu pun seketika berputar di otaknya.

"Gue cantik juga, ya!" puji Ayasya. "Pantesan Albi mau sama gue!" Ia tertawa seraya merapikan rambutnya.

"Sayang, kamu kenapa? Kepala kamu sakit lagi? Mama panggilin dokter, ya?" Agitha berdiri dan memegang kedua bahu Ayasya. Ia berbalik untuk melangkah, namun gadis itu langsung mencekal tangannya.

Ayasya menegakkan kepalanya untuk menatap Agitha. "Gak perlu, Ma...." Ia mengangkat sudut bibirnya sedikit.

Agitha kembali duduk. "Cepet sembuh, Sayang," Ia menggenggam tangan Ayasya.

"Iya, Ma," ucap Ayasya lembut. "Ma, Ayasya gak ngerti, deh. Kenapa Ayasya gak inget, kenapa Ayasya bisa pingsan, ya, Ma? Ayasya cuma inget, kalo Ayasya mau ke apartemennya Albi. Tapi, kenapa Ayasya bisa di sini? Ayasya kenapa, ya, Ma?"

"Sayang, dokter bilang kamu mengalami amnesia anterograde. Karena itu ingatan kamu terganggu." Agitha memberitahu.

"Apa?" tanya Ayasya tidak percaya.

Permainan Ingatan Where stories live. Discover now