32

136 57 101
                                    

A Y A S Y A  yang masih menangis, langsung keluar dari mobil Beryl, dan berlari memasuki rumah sakit. Setelah melihat suster tengah mendorong brankar kosong, gadis itu langsung menghampiri suster itu dengan perasaan cemas.

"Sus!" Ayasya menghentikan langkah suster itu. "Tolong teman saya, Sus!"
"Baik, Kak!"

Suster itu mendorong brankar tersebut keluar dari rumah sakit, diikuti dua orang perawat laki-laki. Ayasya tetap berdiri dan memegang pelipisnya, mencoba menenangkan diri melihat Aldafi yang sudah dibaringkan di brankar dalam keadaan pingsan dan sudah pucat pasi.

Suster dan perawat mulai mendorong brankar Aldafi. Ayasya pun mengikuti suster untuk membawa masuk Aldafi ke dalam rumah sakit. Gadis itu kembali terisak, membelai rambut Aldafi yang semakin menipis.

"Fi, lo harus kuat, Fi...," gumam Ayasya terisak. "Gue cuma bahagia sama lo," 

Ayasya semakin terisak karena tidak mendapatkan jawaban Aldafi. Gadis itu tidak tahu, laki-laki itu bisa mendengar ucapannya, atau tidak. Tapi satu yang pasti, ia benar-benar tidak ingin jika harus kehilangan Aldafi.

"Tunggu, ya, Kak!" ucap suster setelah Aldafi masuk ke ruang UGD. "Biar dokter yang menangani."

Ayasya langsung terduduk tanpa tenaga. Ia ingin Aldafi sembuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, selain menangis.

"Dokter bilang Alfi harus segera mendapatkan donor jantung,"

Ucapan Dinda tiba-tiba melintas di kepala gadis itu. Ayasya menghentikan tangisannya dan menghapus sisa air mata di pipinya. Beryl yang tengah memajukan kursi rodanya mendekati Ayasya, langsung berhenti di dekatnya.

"Sya—"

"Ryl!" Ayasya memotong ucapan Beryl. "Gue harus donorin jantung gue buat Aldafi!"

"Sya!" Beryl langsung memegang kedua bahu Ayasya. "Jangan lakuin itu, Sya! Kamu boleh mencintai Aldafi, tapi kamu juga harus mencintai diri kamu sendiri, Sya!"

"Tapi, gue gak bisa hidup tanpa Alfi, Ryl!" maki Ayasya derai air mata.

"Kalo kamu gak bisa hidup tanpa Aldafi...," gumam sendu Beryl. "Aku juga gak bisa hidup tanpa kamu, Sya,"

"Maksud kamu apa, sih, Ryl?!" Ayasya langsung berdiri kesal. Di saat seperti ini, Beryl malah membicarakan sesuatu yang menurut gadis itu, sangat tidak penting.

"Maaf!" Dokter keluar dari ruangan UGD. "Apa Anda keluarga pasien?"

Ayasya langsung menghampiri dokter. "Iya, Dok"

"Pasien harus segera mendapatkan donor jantung."

"Donorkan jantung saya, Dok!"

***

Ayasya sudah memakai baju operasi, dan mulai memasuki ruang operasi bersama dokter dan beberapa orang suster. Gadis itu tahu keluarganya mungkin akan menangis dengan keputusannya ini. Tapi, ia yakin mereka akan lebih menangis jika harus melihat putri semata wayang mereka terus-menerus menangis.

Maafin Ayasya, Ma, Pa..., batin Ayasya tersenyum tulus. Ayasya yakin, ini yang terbaik buat semuanya. Dengan ini, kalian gak akan terus menangis melihat anak kesayangan kalian terus menangis.

Permainan Ingatan Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα